PEMIKIRAN PEMBAHARUAN
SAYID AHMAD KHAN DAN
SAYID AMIR ALI
MAKALAH
Dibuat Sebagai Salah Satu Tugas Kelompok
Pada Mata Kuliah
Pemikiran Modern dalam Islam
Dosen
Drs. Dasep Hanan Mubarok, M. Pd
Oleh :
1. Karina Noviyanti
2. Fitrianingsih
Fauziah
3. Khotimatul
Husna
4. Jajam
Nurjamilah
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUKABUMI
2011 M / 1432 H
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim,
Segala puji
hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasulullah terakhir yang diutus dengan
membawa syari’ah yang mudah, penuh rahmat, dan membawa keselamatan dalam
kehidupan dunia dan akhirat.
Makalah berjudul Pemikiran
Pembaharuan Sayid Ahmad Khan dan Sayid Amir Ali ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada
mata kuliah pemikiran modern dalam Islam. Kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada
agar makalah ini dapat tersusun sesuai harapan.
Sesuai dengan fitrahnya,
manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang tak luput dari kesalahan dan
kekhilafan, maka dalam makalah yang kami susun ini pun belum mencapai tahap
kesempurnaan.
Kami
sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam proses
penyelesaian makalah ini, khususnya kepada Bapak Drs. Dasep Hanan
Mubarok, M. Pd., yang telah
memberikan tugas makalah ini. Dan umumnya kepada rekan-rekan yang telah
memberikan motivasi dalam bentuk moril maupun materiil.
Mudah-mudahan makalah ini
dapat memberikan manfaat, dan semoga amal ibadah serta kerja keras kita,
senantiasa mendapat ridho dan ampunan dari-Nya. Amin.
Sukabumi, November 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR
ISI ..................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C.
Tujuan................................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Riwayat Hidup dan Pemikiraan Sayid Ahmad Khan ....................... 3
B. Riwayat Hidup dan Pemikiran Sayid Amir Ali ................................ 7
BAB
III KESIMPULAN................................................................................... 11
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penguasaan Inggris
di India pada mulanya seiring dengan kultur masyarakat India. Namun, pada tahun
1830-an kalangan misionaris Inggris menjadi semakin aktif, dan para pejabat
Inggris mulai menindas praktek keagamaan baik agama Islam maupun agama Hindu,
dan mereka sering menjatuhkan hukuman secara kejam.
Gerakan pembaharuan
Islam di India dilatar belakangi oleh: ajaran Islam sudah bercampur baur dengan
paham dan praktek keagamaan dari Persia, Hindu atau Animisme dan lain-lain,
pintu ijtihad tertutup, kemajuan kebudayaan dan peradaban Barat telah dapat
dirasakan oleh orang-orang India, baik orang Hindu maupun kaum Muslimin, namun
orang Hindu-lah yang banyak menyerap peradaban Barat, sehingga orang Hindu
lebih maju dari orang Islam dan lebih banyak dapat bekerja di kantor Inggris.
Terjadi
kesenjangan antara Islam dan Hindu di India memunculkan gerakan pembaharuan
dari umat Islam diantaranya gerakan mujahidin dan lahirlah tokoh-tokoh
pembaharuan di India seperti: Syah Abdul Azis (1746-1823), Sayid Ahmad Syahid
(1786-1831), Sayid Ahmad Khan (1817-1898), dan Sayid Amir Ali (1849-1928)
secara umum mereka meyuarakan persamaan derajat antara umat muslim India dan
umat Hindu di dalam pemerintahan kolonial Inggris.
Dalam makalah ini
penulis akan memuat sekilas tentang gerakan pembaharuan umat Islam di India
khususnya tokoh Sayid Ahmad Khan dan Sayid amir Ali dan pemikiran dari
keduanya. Sebagai penyempurna makalah ini, penulis mengharapkan kontribusi
pemikiran dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini di masa yang
akan datang.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami
bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Jelaskan mengenai riwayat hidup Sayid Ahmad Khan?
2.
Jelaskan pemikiran dari Sayid Ahmad Khan?
3.
Jelaskan mengenai riwayat hidup Sayid Amir Ali?
4.
Jelaskan pemikiran dari Sayid Amir Ali?
C. Tujuan
Adapun tujuan makalah
ini adalah agar para mahasiswa diharapkan dapat:
1.
Menjelaskan mengenai riwayat hidup Sayid Ahmad Khan.
2.
Menjelaskan pemikiran dari Sayid Ahmad Khan.
3.
Menjelaskan mengenai riwayat hidup Sayid Amir Ali.
4.
Menjelaskan pemikiran dari Sayid Amir Ali.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Riwayat Hidup dan Pemikiran Sayid Ahmad
Khan (1817-1898)
Sayyid Ahmad Khan
berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad saw melalui Fatimah dan Ali, ia dilahirkan di Delhi pada tahun 1817 M. Nenek dari Syaid Ahmad Khan adalah
Sayid Hadi yang menjadi
pembesar istana pada
zaman Alamaghir II (1754-1759). Ia sejak kecil mengenyam pendidikan tradisional dalam wilayah
pengetahuan agama dan belajar
bahasa Arab juga belajar bahasa Persia. Ia adalah sosok orang yang gemar membaca buku dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ketika berumur belasan tahun dia bekerja pada serikat India Timur, bekerja pula sebagai hakim, tetapi pada tahun 1846 ia kembali pulang ke
kota kelahirannya Delhi.
Di kota inilah dia
gunakan waktunya dan kesempatannya untuk menimba ilmu serta bergaul dengan
tokoh-tokoh pemuka agama sekaligus mempelajari serta melihat
peninggalan-peninggalan
kejayaan Islam, seperti Nawab Ahmad Baksh, Nawab Mustafa Khan, Hakim Mahmud Khan,
dan Nawab Aminuddin. Selama di Delhi, Sayyid Ahmad Khan memulai untuk mengarang buku, karyanya yang pertama adalah Asar As-Sanadid. Pada tahun 1855 dia hijrah ke Bijnore, di tempat ini pula dia tetap mengarang
buku-buku penting mengenai
Islam di India. Pada tahun 1857 terjadi pemberontakan dan kekacauan diakibatkan
politik di Delhi yang menyebabkan timbulnya kekerasan (anarkis) terhadap
penduduk India. Ketika dia melihat keadaan masyarakat India khususnya Delhi, ia berfikir untuk
meninggalkan India menuju Mesir, tetapi dia sadar dan terketuk hatinya harus memperjuangkan umat Islam India
agar menjadi maju, maka ia
berusaha mencegah terjadinya kekerasan dan konflik. Pada tahun 1861 ia mendirikan sekolah Inggris di
Muradabad, dan pada tahun 1878 ia juga mendirikan sekolah Mohammedan Angio
Oriental College (MAOC) di Aligarh yamg merupakan karya yamg paling bersejarah
dan berpengaruh untuk memajukan perkembangan dan kemajuan Islam di India.
Ketika Inggris menginjakkan kakinya dan menancapkan
benderanya di India, kemudian runtuhlah perbendaharaan Kerajaan Timur (diambil
dari nama Timurlenk pendiri kedaulatan Mongol pada abad ke-16 M). Yang menjadi
tujuan mereka pertama adalah untuk melemahkan akidah umat Islam dan agar umat
Islam menganut paham orang-orang Inggris. Tujuan yang lain adalah untuk
mempersempit kehidupan umat Islam dengan mengadakan berbagai penekanan dan
paksaan-paksaan. Dengan demikian maka umat Islam tidak akan mengenal akidah
Islam yang sebenarnya dan akan melalaikan kewajibannya. Ketika para pemerintah lalim
itu gagal memanfaatkan cara pertama, mereka mempergunakan cara yang kedua.
Mereka mulai merencanakan untuk menghilangkan agama Islam dari India, sebab
mereka hanya takut menghadapi kaum muslimin yang kehilangan pemimpin dan
hak-hak mereka.
Maka datanglah seorang bernama Sayyid Ahmad Khan (gelar
bangsawan di India) mendekati penjajah Inggris untuk meraih keuntungan. Mulai
dia melangkah untuk meninggalkan agamanya (Islam) dan menganut agama yang
dipeluk oleh bangsa Inggris. Ia mulai menulis sebuah buku dimana ia menyatakan
bahwa Taurat dan Injil tidak pernah diubah-ubah oleh tangan manusia, untuk
mendapatkan pangkat dari tangan penjajah. Orang Inggris tidak percaya kepadanya
sebelum ia benar-benar menyatakan bahwa dirinya adalah “seorang Kristen”. Ia
sadar bahwa usahanya yang hina ini sia-sia belaka dan ia tidak mampu mengubah
agama penganut Islam kecuali beberapa orang saja. Maka ia memulai cara lain
dalam pengabdiannya kepada pemerintah Inggris: dengan memecah belah persatuan
ummat Islam. Ia memunculkan dirinya sebagai seorang naturalis ateis dan
menyatakan bahwa tak ada sesuatu apapun kecuali alam (nature), dan bahwa alam ini tidak ada Tuhan yang menciptakan. Ia
menyatakan bahwa semua nabi adalah naturalis, tidak percaya kepada Tuhan yang
membuat undang-undang. Pemerintah Inggris merasa bahagia dengan usahanya itu,
dan melihat bahwa cara tersebut adalah yang paling baik untuk merusak hati kaum
Muslimin. Mereka menghormati dan menjunjung Ahmad Khan dan membantu dia untuk
mendirikan sekolah di Alighar dengan nama sekolah “Muhammadiyin”, sebagai
perangkap untuk menghimpun pemuda-pemuda Mu’min dan dididik menurut pemikiran
Ahmad Khan.
Ahmad Khan juga menulis sebuah tafsir Al-Qur’an, dimana ia
banyak mengubah maksud yang sebenarnya. Ia menerbitkan majalah bernama Tahdzibul-Akhlaq
yang isinya hanya membingungkan pikiran kaum Muslimin dan memecah belah mereka
serta menyalakan api permusuhan antara umat Islam India dan yang lain,
khususnya warga kerajaan Ottoman. Secara terus terang ia menghilangkan seluruh
agama yang ada, namun pada hakekatnya agama Islam, ia mengajak manusia untuk
kembali ke “alam”, dengan alasan bahwa bangsa Eropa tidak akan maju
peradabannya dan tidak akan memiliki ilmu pengetahuan, kerendahan hati dan
kekuatan yang begitu tinggi kecuali dengan membuang agama dan kembali kepada
maksud agama yang sebenarnya, yaitu menyelidiki alam. Itulah pendapatnya.
Sistem penafsiran Ahmad Khan terhadap Al-Qur’an didasarkan
atas dasar nature (alam), yang menentang adanya Mukjizat dan hal-hal yang ada
diluar kebiasaan. Maka ia menyatakan bahwa “kenabian” adalah tujuan yang dapat
diperoleh dengan jalan latihan jiwa (Riyadloh
Nafsiyah), tujuan tersebut adalah alami dan manusiawi, dan caranya pun
manusiawi tidak luar biasa. Namun demikian ia mengakui Muhammad sebagai penutup
Risalah Ilahi.
Ketika menerangkan ayat tentang peperangan, ia melemahkan
kewajiban jihad pada masa yang akan datang. Dan ayat yang berhubungan dengan
Ahlul Kitab, ia tafsirkan bahwa tak ada jarak antara ahlul kitab dan umat
Islam. Ia mengajak kerja sama antara orang-orang Islam dan orang-orang Barat,
ia mengajak kepada Humanisme agama (yakni kemanusiaan yang dianjurkan oleh
semua agama samawi). Dalam konsep tersebut tak ada perbedaan negara, bangsa,
agama, dan paham. Dengan demikian Ahmad Khan memiliki jasa di bidang politik
dan pendidikan disertai motivasi pembaharuan agama. (Al Bahiy, M, Dr.
1986:4-8).
Sayyid Ahmad Khan yang kemudian dihujat dan dicap kafir oleh
para ulama Makkah, beliau tidak langsung putus asa dalam memperjuangkan
pendapatnya, bahkan beliau tidak menggubrisnya. Sementara menurut cendekiawan
muda muslim India, beliau diagungkan karena memiliki ide-ide yang cemerlang
untuk membangkitkan umat Islam India dari keterpurukan.
Sayyid Ahmad Khan
berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat Islam India, dapat diwujudkan
hanya dengan bekerja sama dengan Inggris. Inggris merupakan penguasa yang terkuat di India, dan dengan menentang kekuasaan itu tidak akan membawa kebaikan bagi umat Islam India.
Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalan
dari masyarakat Hindu India.
Jalan yang harus
ditempuh umat Islam untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diperlukan itu bukanlah bekerja sama dengan Hindu dalam menentang Inggris
tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris. Ia berusaha
meyakinkan pihak Inggris bahwa dalam pemberontakan 1857, umat Islam tidak
memainkan peranan utama. Untuk itu Ia keluarkan pamflet yang mengandung
penjelasan tentang hal-hal yang membawa pada pecahnya pemberontakan 1857.
diantara sebab-sebab yang ia sebut adalah yang berikut:
1. Intervensi Inggris dalam soal keagamaan,
seperti pendidikan agama Kristen yang diberikan kepada yatim piatu di panti-panti
yang diasuh oleh orang Inggris, pembentukan sekolah-sekolah misi Kristen, dan
penghapusan pendidikan agama dari perguruan-perguruan tinggi.
2. Tidak turut sertanya orang-orang India,
baik Islam maupun Hindu, dalam lembaga-lembaga perwakilan rakyat, hal yang
membawa kepada:
·
Rakyat
India tidak mengetahui tujuan dan niat Inggris, mereka anggap Inggris datang
untuk merobah agama mereka menjadi Kristen.
·
Pemerintah
Inggris tidak mengetahui keluhan-keluhan rakyat India.
·
Pemerintah
Inggris tidak berusaha mengikat tali persahabatan dengan rakyat India, sedang
kestabilan dalam pemerintahan bergantung pada hubungan baik dengan rakyat.
Sikap tidak menghargai dan tidak menghormati rakyat India, membawa kepada
akibat yang tidak baik.
Atas usaha-usahanya dan atas sikap setia
yang ia tunjukkan terhadap Inggris, Sayyid Ahmad Khan akhirnya berhasil
dalam merobah pandangan Inggris terhadap umat Islam India. Dan sementara itu
anjuran supaya jangan mengambil sikap melawan tetapi sikap berteman dan
bersahabat dengan Inggris untuk menjalin hubungan baik antara orang Inggris dan
umat Islam. Agar umat Islam dapat ditolong dari kemundurannya, telah dapat
diwujudkan dimasa hidupnya.
Secara
rinci pemikiran Sayid Ahmad Khan adalah sebagai berikut:
a. Perkawinan
menganut asas monogami, poligami bertentangan dengan semangat Islam dan hal ini
tidak akan diizinkan kecuali dalam keadaan memaksa.
b.
Islam dengan tegas melarang perbudakan, termasuk perbudakan
dari tawanan perang, meskipun syariat memperkanankannya.
c.
Bank Modern, transaksi perdagangan, pinjaman serta
perdagangan internasional yang meliputi ekonomi modern, meskipun semua itu
mencakup pembayaran bunga, tidaklah dianggap riba, karena hal itu tidak
bertentangan dengan hukum Al-Qur'an.
d.
Hukum potong tangan yang didasarkan pada Al-Qur'an dan
Sunnah bagi pencuri, lemparan batu serta cambukan 100 kali bagi pezina hanya
sesuai dengan masyarakat primitif yang kekurangan tempat penjara atau tidak
mempunyai penjara.
e. Jihad itu dilarang kecuali dalam
keadaan memaksa untuk mempertahankan diri.
Sayyid Ahmad Khan wafat pada tanggal 24
Maret tahun 1898, ide-ide pembaharuan yang dicetuskan Sayyid Ahmad Khan dianut
dan disebarkan selanjutnya oleh pengikutnya.
B. Riwayat Hidup dan Pemikiran Sayid Amir Ali
(1849-1928)
Sayyid Amir
Ali berasal dari keluarga Syi’ah yang di zaman Nadir Syah (1736-1747) pindah
dari Khurasan Persia ke India. Keluarga itu kemudian bekerja di Istana Raja
Mughal. Sayyid Amir Ali lahir di tahun 1849, dan meninggal dalam usia 79 tahun
pada tahun 1928. Pendidikannya ia peroleh di perguruan tinggi Muhsiniyya yang
berada di dekat kalkuta. Di sinilah ia belajar bahasa Arab. Selanjutnya ia belajar
bahasa Inggris dan kemudian juga belajar sastra Inggris dan hukum Inggris.
Di tahun 1869 ia pergi ke Inggris untuk meneruskan studi dan
selesai di tahun 1873 dengan memperoleh kesarjanaan dalam bidang hukum dengan
menerbitkan karyanya dengan judul A Critical Examination of the Life and
Teaching of Mohammed, buku pertama yang merupakan interpretasi kaum
modernis Muslim tentang Islam, yang menjadikannya terkenal baik di Barat maupun
di Timur.
Selesai dari studi ia kembali ke India dan pernah bekerja
sebagai pegawai pemerintah Inggris, pengacara, dan guru besar dalam hukum
Islam. Yang membuat ia lebih terkenal ialah aktivitasnya dalam bidang politik dan
buku karangannya The Spirit of Islam dan A Short Story of the
Saracens.
Di tahun 1877 ia membentuk National Muhammaden Association yang merupakan wadah persatuan umat
Islam India, dan tujuannya adalah untuk membela kepentingan umat Islam dan
untuk melatih mereka dalam bidang politik. Perkumpulan ini mempunyai 34 cabang
di berbagai wilayah di India. Di tahun 1883 ia diangkat menjadi salah satu dari
ketiga anggota Dewan Raja Muda Inggris (The Viceroy’s Council) di India.
Ia adalah satu-satunya anggota Islam dalam majelis itu.
Di tahun 1904 ia meninggalkan India dan menetap di London
bersama isterinya yang berkebangsaan British asli. Perpindahannya ini dilakukan
setelah ia berhenti dari Pengadilan Tinggi Bengal. Pada tahun 1906 ia diangkat
menjadi anggota The Judicial Committee of the Privy Council (Komite
Kehakiman Dewan Raja) di London, dan merupakan orang India pertama yang
menduduki jabatan tersebut. Seperti halnya Sir Ahmad Khan, Sayyid Amir Ali juga
merupakan seorang pemimpin Muslim yang mempunyai hubungan yang dekat dengan
pemerintahan Inggris di India.
Dia melihat pemerintahan Inggris adalah suatu alternatif
untuk menghindari pengaruh dan dominasi orang Hindu setelah memperoleh
kemerdekaan dari kerajaan Inggris. Setelah bermukim di London ia mendirikan
cabang Liga Muslim didirikan pada 1906.
Berikut adalah pandangan dan pemikiran Sayid Amir Ali:
1. Ajaran
tentang akhirat
Dalam
bukunya The Spirit of Islam di cetak untuk pertama kali di tahun 1891,
Sayyid Amir Ali menjelaskan tentang akhirat, bahwa bangsa yang pertama kali
menimbulkan kepercayaan pada kehidupan akhirat adalah bangsa Mesir. Agama
Yahudi pada mulanya tidak mengakui adanya hidup selain hidup di dunia, namun
dengan adanya pekembangan dalam ajaran-ajaran Yahudi yang timbul kemudian baru
dijumpai adanya hidup yang kedua. Agama-agama yang datang sebelum Islam pada
umumnya menggambarkan bahwa di hidup kedua itu manusia akan memperoleh upah dan
balasan dalam bentuk jasmani dan bukan dalam bentuk rohani.
Selanjutnya
ia menjelaskan bahwa ajaran mengenai akhirat itu amat besar arti dan
pengaruhnya dalam mendorong manusia untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan
jahat. Lebih lanjut lagi ajaran ini membawa kepada peningkatan moral golongan
awam, apabila ganjaran dan balasan di akhirat digambarkan dalam bentuk yang
dapat ditangkap oleh panca indera.
2. Perbudakan
Dalam
membahas soal perbudakan, Sayyid Amir Ali menerangkan bahwa sistem perbudakan
sudah semenjak zaman purba ada dalam masyarakat manusia seluruhnya. Bangsa
Yahudi, Yunani, Romawi, dan Jerman di masa lampau mengakui dan memakai sistem
perbudakan. Agama Kristen, tidak membawa ajaran untuk menghapus sistem
perbudakan itu.
Islam,
berlainan dengan agama-agama sebelumnya, datang dengan ajaran untuk membebaskan
sistem perbudakan. Dosa-dosa tertentu dapat ditebus dengan memerdekakan budak.
Budak harus diberi kesempatan untuk membeli kemerdekaannya dengan upah yang ia
peroleh. Budak harus diperlakukan dengan baik dan tidak boleh diperbedakan
dengan manusia lain. Oleh karena itu, dalam Islam, ada di antara budak-budak
yang akhirnya menjadi perdana menteri.
3. Kemunduran
umat Islam
Sayid
Amir ali berpendapat bahwa sebabnya terletak pada keadaan umat Islam di zaman
modern menganggap bahwa pintu ijtihad telah tertutup dan oleh karena itu
mengadakan ijtihad tidak boleh lagi, bahkan merupakan dosa. Orang harus tunduk
kepada pendapat ulama abad ke-9 Masehi, yang tidak dapat mengetahui kebutuhan
abad ke-20. Perubahan kondisi yang dibawa perubahan zaman tidak dipentingkan. Pendapat
ulama yang disusun pada beberapa abad yang lalu diyakini masih dapat dipakai
untuk zaman modern sekarang.
Kemajuan
ilmu pengetahuan ini dapat dicapai oleh umat Islam di zaman itu, karena mereka
kuat berpegang pada ajaran nabi Muhammad dan berusaha keras untuk
melaksanakannya. Eropa di waktu yang bersamaan masih dalam kemunduran
intelektual. Kebebasan berpikir belum ada. Islamlah yang pertama membuka pintu
bagi berpikir. Dan inilah membuat umat Islam menjadi promotor ilmu pengetahuan
dan peradaban. Ilmu pengetahuan dan peradaban tidak bisa dipisahkan dari
kebebasan berpikir. Setelah kebebasan berpikir menjadi kabur di kalangan umat
Islam, mereka menjadi ketinggalan dalam perlombaan menuju kemajuan.
4. Konsepsi
tentang free will dan free act
Dalam
uraiannya mengenai pemikiran dan falsafat dalam Islam, Sayyid Amir Ali
menjelaskan bahwa jiwa yang terdapat dalam al-Qur’an bukanlah jiwa fatalisme tetapi jiwa kebebasan
manusia dalam berbuat. Jiwa manusia bertanggung jawab atas perbuatannya. Nabi
Muhammad, demikian ia menulis lebih lanjut, berkeyakinan bahwa manusia
mempunyai kebebasan dalam menentukan kemauan. Apa yang hendak ditegaskan
pemimpin ini sebenarnya ialah bahwa Islam bukan dijiwai oleh paham qada’ dan
qadar atau jabariah, tetapi oleh paham Qadariah,
yaitu paham kebebasan manusia dalam kehendak dan perbuatan (free will and
free act). Paham qadariah
selanjutnya yang menimbulkan rasionalisme dalam Islam. Paham qadariah dan rasionalisme, kedua
inilah pula yang menimbulkan peradaban Islam zaman klasik.
5. Pandangan
terhadap muktazilah
Selanjutnya
ia menguraikan peranan yang dipegang golongan Muktazilah dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan filsafat dalam Islam. Aliran Muktazilah untuk beberapa
abad mempengaruhi pemikiran umat Islam. Disokong oleh raja-raja yang berpikiran
luas, kaum Muktazilah membawa kemajuan ilmu pengetahuan dan filsafat dalam
Islam. Ahli-ahli ilmu pengetahuan, sebagai dokter penyakit, ahli fisika, ahli
matematika, ahli sejarah, pendeknya semua ahli dan khalifah di waktu itu,
termasuk dalam golongan Muktazilah.
Melalui
Mu’tazilah, rasionalisme Islam meluas ke seluruh masyarakat terpelajar yang ada
di kerajaan Islam, bahkan sampai ke perguruan-perguruan yang letaknya sejauh
Andalusia. Kaum rasionalis Islam yang merupakan penasehat bagi khalifah. Untuk
menduduki jabatan menteri, gubernur, mahaguru dan sebagainya, kaum Muktazilah
banyak dipakai. Melalui merekalah terjadinya perubahan umat Islam dari umat
yang sederhana kebudayaannya menjadi umat yang tinggi peradabannya.
BAB III
KESIMPULAN
Sayyid Ahmad Khan
berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad saw melalui Fatimah dan Ali, ia dilahirkan di Delhi pada tahun 1817 M. Ia sejak kecil mengenyam pendidikan tradisional dalam wilayah pengetahuan agama dan belajar bahasa Arab juga belajar bahasa
Persia. Ia wafat pada tanggal 24 Maret tahun 1898.
Sayid Ahmad Khan mementingkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
ia juga menghargai kebebasan akal. Dalam bidang teologi, ia menganjurkan untuk
menganut paham qadariah. Dalam bidang hukum, ia menganut asas relativisme yang
menekankan perubahan hukum mengikuti perubahan zaman. Sejalan dengan itu, ia
menolak hukum potong tangan bagi pencuri dan rajam bagi pezina. Ia menganggap
hal itu hanya sesuai dengan masyarakat primitif. Ia pun menolak taklid. Sumber
hukum Islam adalah Al-Qur’an dan hadits. Penerimaanya terhadap hadits sangat
selektif, menurutnya hadits yang dapat diandalkan jumlahnya sangat sedikit
sekali. Menurut Sayid Ahmad Khan, pendidikan adalah satu-satunya jalan bagi
umat Islam India untuk mencapai kemajuan.
Sayyid Amir
Ali lahir tahun 1849, dan meninggal dalam usia 79 tahun pada tahun 1928.
Pendidikannya ia peroleh di perguruan tinggi Muhsiniyya yang berada di dekat
kalkuta. Di sinilah ia belajar bahasa Arab, bahasa Inggris, juga belajar sastra
Inggris dan hukum Inggris.
Sayid Amir
Ali berkeyakinan bahwa Islam dapat membawa umatnya ke kemajuan. Islam adalah
penyempurna agama-agama sebelumnya, ini telah dibuktikan pada zaman klasik.
Umat Islam sebelum abad ke-20 mundur karena terlalu memusatkan perhatian kepada
ibadah, kehidupan akhirat, dan tidak memperhatikan sejarah. Sayid Amir Ali
adalah pemikir pertama yang membawa umat Islam ke sejarah lama untuk
membuktikan bahwa Islam adalah agama rasional dan agama kemajuan. Kemunduran
umat Islam dikarenakan mereka meninggalkan ijtihad, tidak seperti umat Islam
zaman klasik yang mementingkan ijtihad. Sayid Amir Ali juga ingin meningkatkan
kedudukan kaum wanita, untuk itu mereka harus mendapatkan pendidikan yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Al
Bahiy, Muhammad, Dr. 1986. Pemikiran Islam Modern. Jakarta: Pustaka
Panjimas.
Nasution, Harun, Dr,
Prof. 1990. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan
Gerakan. Jakarta: PT Bulan Bintang.
Gerakan. Jakarta: PT Bulan Bintang.
Ali,
Mukti, Alam Pikiran Isalm Modern di India dan Pakistan, Bandung: Mizan,
1998.
http://www.cis-ca.org/voices/k/syydkhn.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar