Senin, 14 Mei 2012

Pemikiran Modern dalam Islam


PEMIKIRAN PEMBAHARUAN
SAYID AHMAD KHAN DAN SAYID AMIR ALI
MAKALAH
Dibuat Sebagai Salah Satu Tugas Kelompok Pada  Mata Kuliah
Pemikiran Modern dalam Islam

Dosen
Drs. Dasep Hanan Mubarok, M. Pd
Oleh :
1.      Karina Noviyanti
2.      Fitrianingsih Fauziah
3.      Khotimatul Husna
4.      Jajam Nurjamilah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUKABUMI
2011 M / 1432 H
KATA PENGANTAR
 

Bismillahirahmanirrahim,
Segala puji hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasulullah terakhir yang diutus dengan membawa syari’ah yang mudah, penuh rahmat, dan membawa keselamatan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Makalah berjudul Pemikiran Pembaharuan Sayid Ahmad Khan dan Sayid Amir Ali ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah pemikiran modern dalam Islam. Kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada agar makalah ini dapat tersusun sesuai harapan.
Sesuai dengan fitrahnya, manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan, maka dalam makalah yang kami susun ini pun belum mencapai tahap kesempurnaan.
Kami sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, khususnya kepada Bapak Drs. Dasep Hanan Mubarok, M. Pd., yang telah memberikan tugas makalah ini. Dan umumnya kepada rekan-rekan yang telah memberikan motivasi dalam bentuk moril maupun materiil.
Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat, dan semoga amal ibadah serta kerja keras kita, senantiasa mendapat ridho dan ampunan dari-Nya. Amin.


                                                                                    Sukabumi,  November 2011
                                                                       
Penulis
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR .....................................................................................      i
DAFTAR ISI .....................................................................................................     ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah....................................................................     1
B.     Rumusan Masalah .............................................................................     2
C.     Tujuan................................................................................................     2

BAB II PEMBAHASAN
A.    Riwayat Hidup dan Pemikiraan Sayid Ahmad Khan .......................     3           
B.  Riwayat Hidup dan Pemikiran Sayid Amir Ali ................................     7
BAB III KESIMPULAN...................................................................................   11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................   12







BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Penguasaan Inggris di India pada mulanya seiring dengan kultur masyarakat India. Namun, pada tahun 1830-an kalangan misionaris Inggris menjadi semakin aktif, dan para pejabat Inggris mulai menindas praktek keagamaan baik agama Islam maupun agama Hindu, dan mereka sering menjatuhkan hukuman secara kejam.
Gerakan pembaharuan Islam di India dilatar belakangi oleh: ajaran Islam sudah bercampur baur dengan paham dan praktek keagamaan dari Persia, Hindu atau Animisme dan lain-lain, pintu ijtihad tertutup, kemajuan kebudayaan dan peradaban Barat telah dapat dirasakan oleh orang-orang India, baik orang Hindu maupun kaum Muslimin, namun orang Hindu-lah yang banyak menyerap peradaban Barat, sehingga orang Hindu lebih maju dari orang Islam dan lebih banyak dapat bekerja di kantor Inggris.
Terjadi kesenjangan antara Islam dan Hindu di India memunculkan gerakan pembaharuan dari umat Islam diantaranya gerakan mujahidin dan lahirlah tokoh-tokoh pembaharuan di India seperti: Syah Abdul Azis (1746-1823), Sayid Ahmad Syahid (1786-1831), Sayid Ahmad Khan (1817-1898), dan Sayid Amir Ali (1849-1928) secara umum mereka meyuarakan persamaan derajat antara umat muslim India dan umat Hindu di dalam pemerintahan kolonial Inggris.
Dalam makalah ini penulis akan memuat sekilas tentang gerakan pembaharuan umat Islam di India khususnya tokoh Sayid Ahmad Khan dan Sayid amir Ali dan pemikiran dari keduanya. Sebagai penyempurna makalah ini, penulis mengharapkan kontribusi pemikiran dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Jelaskan mengenai riwayat hidup Sayid Ahmad Khan?
2.      Jelaskan pemikiran dari Sayid Ahmad Khan?
3.      Jelaskan mengenai riwayat hidup Sayid Amir Ali?
4.      Jelaskan pemikiran dari Sayid Amir Ali?

C.    Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah agar para mahasiswa diharapkan dapat:
1.      Menjelaskan mengenai riwayat hidup Sayid Ahmad Khan.
2.      Menjelaskan pemikiran dari Sayid Ahmad Khan.
3.      Menjelaskan mengenai riwayat hidup Sayid Amir Ali.
4.      Menjelaskan pemikiran dari Sayid Amir Ali.














BAB II
PEMBAHASAN

A.    Riwayat Hidup dan Pemikiran Sayid Ahmad Khan (1817-1898)
Sayyid Ahmad Khan berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad saw melalui Fatimah dan Ali, ia dilahirkan di Delhi pada tahun 1817 M. Nenek dari Syaid Ahmad Khan adalah Sayid Hadi yang menjadi pembesar istana pada zaman Alamaghir II (1754-1759). Ia sejak kecil mengenyam pendidikan tradisional dalam wilayah pengetahuan agama dan belajar bahasa Arab juga belajar bahasa Persia. Ia adalah sosok orang yang gemar membaca buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ketika berumur belasan tahun dia bekerja pada serikat India Timur, bekerja pula sebagai hakim, tetapi pada tahun 1846 ia kembali pulang ke kota kelahirannya Delhi.
Di kota inilah dia gunakan waktunya dan kesempatannya untuk menimba ilmu serta bergaul dengan tokoh-tokoh pemuka agama sekaligus mempelajari serta melihat peninggalan-peninggalan kejayaan Islam, seperti Nawab Ahmad Baksh, Nawab Mustafa Khan, Hakim Mahmud Khan, dan Nawab Aminuddin. Selama di Delhi, Sayyid Ahmad Khan memulai untuk mengarang buku, karyanya yang pertama adalah Asar As-Sanadid. Pada tahun 1855 dia hijrah ke Bijnore, di tempat ini pula dia tetap mengarang buku-buku penting mengenai Islam di India. Pada tahun 1857 terjadi pemberontakan dan kekacauan diakibatkan politik di Delhi yang menyebabkan timbulnya kekerasan (anarkis) terhadap penduduk India. Ketika dia melihat keadaan masyarakat India khususnya Delhi, ia berfikir untuk meninggalkan India menuju Mesir, tetapi dia sadar dan terketuk hatinya harus memperjuangkan umat Islam India agar menjadi maju, maka ia berusaha mencegah terjadinya kekerasan dan konflik. Pada tahun 1861 ia mendirikan sekolah Inggris di Muradabad, dan pada tahun 1878 ia juga mendirikan sekolah Mohammedan Angio Oriental College (MAOC) di Aligarh yamg merupakan karya yamg paling bersejarah dan berpengaruh untuk memajukan perkembangan dan kemajuan Islam di India.
Ketika Inggris menginjakkan kakinya dan menancapkan benderanya di India, kemudian runtuhlah perbendaharaan Kerajaan Timur (diambil dari nama Timurlenk pendiri kedaulatan Mongol pada abad ke-16 M). Yang menjadi tujuan mereka pertama adalah untuk melemahkan akidah umat Islam dan agar umat Islam menganut paham orang-orang Inggris. Tujuan yang lain adalah untuk mempersempit kehidupan umat Islam dengan mengadakan berbagai penekanan dan paksaan-paksaan. Dengan demikian maka umat Islam tidak akan mengenal akidah Islam yang sebenarnya dan akan melalaikan kewajibannya. Ketika para pemerintah lalim itu gagal memanfaatkan cara pertama, mereka mempergunakan cara yang kedua. Mereka mulai merencanakan untuk menghilangkan agama Islam dari India, sebab mereka hanya takut menghadapi kaum muslimin yang kehilangan pemimpin dan hak-hak mereka.
Maka datanglah seorang bernama Sayyid Ahmad Khan (gelar bangsawan di India) mendekati penjajah Inggris untuk meraih keuntungan. Mulai dia melangkah untuk meninggalkan agamanya (Islam) dan menganut agama yang dipeluk oleh bangsa Inggris. Ia mulai menulis sebuah buku dimana ia menyatakan bahwa Taurat dan Injil tidak pernah diubah-ubah oleh tangan manusia, untuk mendapatkan pangkat dari tangan penjajah. Orang Inggris tidak percaya kepadanya sebelum ia benar-benar menyatakan bahwa dirinya adalah “seorang Kristen”. Ia sadar bahwa usahanya yang hina ini sia-sia belaka dan ia tidak mampu mengubah agama penganut Islam kecuali beberapa orang saja. Maka ia memulai cara lain dalam pengabdiannya kepada pemerintah Inggris: dengan memecah belah persatuan ummat Islam. Ia memunculkan dirinya sebagai seorang naturalis ateis dan menyatakan bahwa tak ada sesuatu apapun kecuali alam (nature), dan bahwa alam ini tidak ada Tuhan yang menciptakan. Ia menyatakan bahwa semua nabi adalah naturalis, tidak percaya kepada Tuhan yang membuat undang-undang. Pemerintah Inggris merasa bahagia dengan usahanya itu, dan melihat bahwa cara tersebut adalah yang paling baik untuk merusak hati kaum Muslimin. Mereka menghormati dan menjunjung Ahmad Khan dan membantu dia untuk mendirikan sekolah di Alighar dengan nama sekolah “Muhammadiyin”, sebagai perangkap untuk menghimpun pemuda-pemuda Mu’min dan dididik menurut pemikiran Ahmad Khan.
Ahmad Khan juga menulis sebuah tafsir Al-Qur’an, dimana ia banyak mengubah maksud yang sebenarnya. Ia menerbitkan majalah bernama Tahdzibul-Akhlaq yang isinya hanya membingungkan pikiran kaum Muslimin dan memecah belah mereka serta menyalakan api permusuhan antara umat Islam India dan yang lain, khususnya warga kerajaan Ottoman. Secara terus terang ia menghilangkan seluruh agama yang ada, namun pada hakekatnya agama Islam, ia mengajak manusia untuk kembali ke “alam”, dengan alasan bahwa bangsa Eropa tidak akan maju peradabannya dan tidak akan memiliki ilmu pengetahuan, kerendahan hati dan kekuatan yang begitu tinggi kecuali dengan membuang agama dan kembali kepada maksud agama yang sebenarnya, yaitu menyelidiki alam. Itulah pendapatnya.
Sistem penafsiran Ahmad Khan terhadap Al-Qur’an didasarkan atas dasar nature (alam), yang menentang adanya Mukjizat dan hal-hal yang ada diluar kebiasaan. Maka ia menyatakan bahwa “kenabian” adalah tujuan yang dapat diperoleh dengan jalan latihan jiwa (Riyadloh Nafsiyah), tujuan tersebut adalah alami dan manusiawi, dan caranya pun manusiawi tidak luar biasa. Namun demikian ia mengakui Muhammad sebagai penutup Risalah Ilahi.
Ketika menerangkan ayat tentang peperangan, ia melemahkan kewajiban jihad pada masa yang akan datang. Dan ayat yang berhubungan dengan Ahlul Kitab, ia tafsirkan bahwa tak ada jarak antara ahlul kitab dan umat Islam. Ia mengajak kerja sama antara orang-orang Islam dan orang-orang Barat, ia mengajak kepada Humanisme agama (yakni kemanusiaan yang dianjurkan oleh semua agama samawi). Dalam konsep tersebut tak ada perbedaan negara, bangsa, agama, dan paham. Dengan demikian Ahmad Khan memiliki jasa di bidang politik dan pendidikan disertai motivasi pembaharuan agama. (Al Bahiy, M, Dr. 1986:4-8).
Sayyid Ahmad Khan yang kemudian dihujat dan dicap kafir oleh para ulama Makkah, beliau tidak langsung putus asa dalam memperjuangkan pendapatnya, bahkan beliau tidak menggubrisnya. Sementara menurut cendekiawan muda muslim India, beliau diagungkan karena memiliki ide-ide yang cemerlang untuk membangkitkan umat Islam India dari keterpurukan.
Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat Islam India, dapat diwujudkan hanya dengan bekerja sama dengan Inggris. Inggris merupakan penguasa yang terkuat di India, dan dengan menentang kekuasaan itu tidak akan membawa kebaikan bagi umat Islam India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindu India.
Jalan yang harus ditempuh umat Islam untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan itu bukanlah bekerja sama dengan Hindu dalam menentang Inggris tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris. Ia berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa dalam pemberontakan 1857, umat Islam tidak memainkan peranan utama. Untuk itu Ia keluarkan pamflet yang mengandung penjelasan tentang hal-hal yang membawa pada pecahnya pemberontakan 1857. diantara sebab-sebab yang ia sebut adalah yang berikut:
1.      Intervensi Inggris dalam soal keagamaan, seperti pendidikan agama Kristen yang diberikan kepada yatim piatu di panti-panti yang diasuh oleh orang Inggris, pembentukan sekolah-sekolah misi Kristen, dan penghapusan pendidikan agama dari perguruan-perguruan tinggi.
2.      Tidak turut sertanya orang-orang India, baik Islam maupun Hindu, dalam lembaga-lembaga perwakilan rakyat, hal yang membawa kepada:
·         Rakyat India tidak mengetahui tujuan dan niat Inggris, mereka anggap Inggris datang untuk merobah agama mereka menjadi Kristen.
·         Pemerintah Inggris tidak mengetahui keluhan-keluhan rakyat India.
·         Pemerintah Inggris tidak berusaha mengikat tali persahabatan dengan rakyat India, sedang kestabilan dalam pemerintahan bergantung pada hubungan baik dengan rakyat. Sikap tidak menghargai dan tidak menghormati rakyat India, membawa kepada akibat yang tidak baik.
Atas usaha-usahanya dan atas sikap setia yang ia tunjukkan terhadap Inggris, Sayyid Ahmad Khan akhirnya berhasil dalam merobah pandangan Inggris terhadap umat Islam India. Dan sementara itu anjuran supaya jangan mengambil sikap melawan tetapi sikap berteman dan bersahabat dengan Inggris untuk menjalin hubungan baik antara orang Inggris dan umat Islam. Agar umat Islam dapat ditolong dari kemundurannya, telah dapat diwujudkan dimasa hidupnya.
Secara rinci pemikiran Sayid Ahmad Khan adalah sebagai berikut:
a.       Perkawinan menganut asas monogami, poligami bertentangan dengan semangat Islam dan hal ini tidak akan diizinkan kecuali dalam keadaan memaksa.
b.      Islam dengan tegas melarang perbudakan, termasuk perbudakan dari tawanan perang, meskipun syariat memperkanankannya.
c.       Bank Modern, transaksi perdagangan, pinjaman serta perdagangan internasional yang meliputi ekonomi modern, meskipun semua itu mencakup pembayaran bunga, tidaklah dianggap riba, karena hal itu tidak bertentangan dengan hukum Al-Qur'an.
d.      Hukum potong tangan yang didasarkan pada Al-Qur'an dan Sunnah bagi pencuri, lemparan batu serta cambukan 100 kali bagi pezina hanya sesuai dengan masyarakat primitif yang kekurangan tempat penjara atau tidak mempunyai penjara.
e.       Jihad itu dilarang kecuali dalam keadaan memaksa untuk mempertahankan diri.
Sayyid Ahmad Khan wafat pada tanggal 24 Maret tahun 1898, ide-ide pembaharuan yang dicetuskan Sayyid Ahmad Khan dianut dan disebarkan selanjutnya oleh pengikutnya.
B.     Riwayat Hidup dan Pemikiran Sayid Amir Ali (1849-1928)
Sayyid Amir Ali berasal dari keluarga Syi’ah yang di zaman Nadir Syah (1736-1747) pindah dari Khurasan Persia ke India. Keluarga itu kemudian bekerja di Istana Raja Mughal. Sayyid Amir Ali lahir di tahun 1849, dan meninggal dalam usia 79 tahun pada tahun 1928. Pendidikannya ia peroleh di perguruan tinggi Muhsiniyya yang berada di dekat kalkuta. Di sinilah ia belajar bahasa Arab. Selanjutnya ia belajar bahasa Inggris dan kemudian juga belajar sastra Inggris dan hukum Inggris.
Di tahun 1869 ia pergi ke Inggris untuk meneruskan studi dan selesai di tahun 1873 dengan memperoleh kesarjanaan dalam bidang hukum dengan menerbitkan karyanya dengan judul A Critical Examination of the Life and Teaching of Mohammed, buku pertama yang merupakan interpretasi kaum modernis Muslim tentang Islam, yang menjadikannya terkenal baik di Barat maupun di Timur.
Selesai dari studi ia kembali ke India dan pernah bekerja sebagai pegawai pemerintah Inggris, pengacara, dan guru besar dalam hukum Islam. Yang membuat ia lebih terkenal ialah aktivitasnya dalam bidang politik dan buku karangannya The Spirit of Islam dan A Short Story of the Saracens.
Di tahun 1877 ia membentuk National Muhammaden Association yang merupakan wadah persatuan umat Islam India, dan tujuannya adalah untuk membela kepentingan umat Islam dan untuk melatih mereka dalam bidang politik. Perkumpulan ini mempunyai 34 cabang di berbagai wilayah di India. Di tahun 1883 ia diangkat menjadi salah satu dari ketiga anggota Dewan Raja Muda Inggris (The Viceroy’s Council) di India. Ia adalah satu-satunya anggota Islam dalam majelis itu.
Di tahun 1904 ia meninggalkan India dan menetap di London bersama isterinya yang berkebangsaan British asli. Perpindahannya ini dilakukan setelah ia berhenti dari Pengadilan Tinggi Bengal. Pada tahun 1906 ia diangkat menjadi anggota The Judicial Committee of the Privy Council (Komite Kehakiman Dewan Raja) di London, dan merupakan orang India pertama yang menduduki jabatan tersebut. Seperti halnya Sir Ahmad Khan, Sayyid Amir Ali juga merupakan seorang pemimpin Muslim yang mempunyai hubungan yang dekat dengan pemerintahan Inggris di India.
Dia melihat pemerintahan Inggris adalah suatu alternatif untuk menghindari pengaruh dan dominasi orang Hindu setelah memperoleh kemerdekaan dari kerajaan Inggris. Setelah bermukim di London ia mendirikan cabang Liga Muslim didirikan pada 1906.
Berikut adalah pandangan dan pemikiran Sayid Amir Ali:
1.      Ajaran tentang akhirat
Dalam bukunya The Spirit of Islam di cetak untuk pertama kali di tahun 1891, Sayyid Amir Ali menjelaskan tentang akhirat, bahwa bangsa yang pertama kali menimbulkan kepercayaan pada kehidupan akhirat adalah bangsa Mesir. Agama Yahudi pada mulanya tidak mengakui adanya hidup selain hidup di dunia, namun dengan adanya pekembangan dalam ajaran-ajaran Yahudi yang timbul kemudian baru dijumpai adanya hidup yang kedua. Agama-agama yang datang sebelum Islam pada umumnya menggambarkan bahwa di hidup kedua itu manusia akan memperoleh upah dan balasan dalam bentuk jasmani dan bukan dalam bentuk rohani.
Selanjutnya ia menjelaskan bahwa ajaran mengenai akhirat itu amat besar arti dan pengaruhnya dalam mendorong manusia untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat. Lebih lanjut lagi ajaran ini membawa kepada peningkatan moral golongan awam, apabila ganjaran dan balasan di akhirat digambarkan dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh panca indera.
2.      Perbudakan
Dalam membahas soal perbudakan, Sayyid Amir Ali menerangkan bahwa sistem perbudakan sudah semenjak zaman purba ada dalam masyarakat manusia seluruhnya. Bangsa Yahudi, Yunani, Romawi, dan Jerman di masa lampau mengakui dan memakai sistem perbudakan. Agama Kristen, tidak membawa ajaran untuk menghapus sistem perbudakan itu.
Islam, berlainan dengan agama-agama sebelumnya, datang dengan ajaran untuk membebaskan sistem perbudakan. Dosa-dosa tertentu dapat ditebus dengan memerdekakan budak. Budak harus diberi kesempatan untuk membeli kemerdekaannya dengan upah yang ia peroleh. Budak harus diperlakukan dengan baik dan tidak boleh diperbedakan dengan manusia lain. Oleh karena itu, dalam Islam, ada di antara budak-budak yang akhirnya menjadi perdana menteri.
3.      Kemunduran umat Islam
Sayid Amir ali berpendapat bahwa sebabnya terletak pada keadaan umat Islam di zaman modern menganggap bahwa pintu ijtihad telah tertutup dan oleh karena itu mengadakan ijtihad tidak boleh lagi, bahkan merupakan dosa. Orang harus tunduk kepada pendapat ulama abad ke-9 Masehi, yang tidak dapat mengetahui kebutuhan abad ke-20. Perubahan kondisi yang dibawa perubahan zaman tidak dipentingkan. Pendapat ulama yang disusun pada beberapa abad yang lalu diyakini masih dapat dipakai untuk zaman modern sekarang.
Kemajuan ilmu pengetahuan ini dapat dicapai oleh umat Islam di zaman itu, karena mereka kuat berpegang pada ajaran nabi Muhammad dan berusaha keras untuk melaksanakannya. Eropa di waktu yang bersamaan masih dalam kemunduran intelektual. Kebebasan berpikir belum ada. Islamlah yang pertama membuka pintu bagi berpikir. Dan inilah membuat umat Islam menjadi promotor ilmu pengetahuan dan peradaban. Ilmu pengetahuan dan peradaban tidak bisa dipisahkan dari kebebasan berpikir. Setelah kebebasan berpikir menjadi kabur di kalangan umat Islam, mereka menjadi ketinggalan dalam perlombaan menuju kemajuan.
4.      Konsepsi tentang free will dan free act
Dalam uraiannya mengenai pemikiran dan falsafat dalam Islam, Sayyid Amir Ali menjelaskan bahwa jiwa yang terdapat dalam al-Qur’an bukanlah jiwa fatalisme tetapi jiwa kebebasan manusia dalam berbuat. Jiwa manusia bertanggung jawab atas perbuatannya. Nabi Muhammad, demikian ia menulis lebih lanjut, berkeyakinan bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam menentukan kemauan. Apa yang hendak ditegaskan pemimpin ini sebenarnya ialah bahwa Islam bukan dijiwai oleh paham qada’ dan qadar atau jabariah, tetapi oleh paham Qadariah, yaitu paham kebebasan manusia dalam kehendak dan perbuatan (free will and free act). Paham qadariah selanjutnya yang menimbulkan rasionalisme dalam Islam. Paham qadariah dan rasionalisme, kedua inilah pula yang menimbulkan peradaban Islam zaman klasik.
5.      Pandangan terhadap muktazilah
Selanjutnya ia menguraikan peranan yang dipegang golongan Muktazilah dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat dalam Islam. Aliran Muktazilah untuk beberapa abad mempengaruhi pemikiran umat Islam. Disokong oleh raja-raja yang berpikiran luas, kaum Muktazilah membawa kemajuan ilmu pengetahuan dan filsafat dalam Islam. Ahli-ahli ilmu pengetahuan, sebagai dokter penyakit, ahli fisika, ahli matematika, ahli sejarah, pendeknya semua ahli dan khalifah di waktu itu, termasuk dalam golongan Muktazilah.
Melalui Mu’tazilah, rasionalisme Islam meluas ke seluruh masyarakat terpelajar yang ada di kerajaan Islam, bahkan sampai ke perguruan-perguruan yang letaknya sejauh Andalusia. Kaum rasionalis Islam yang merupakan penasehat bagi khalifah. Untuk menduduki jabatan menteri, gubernur, mahaguru dan sebagainya, kaum Muktazilah banyak dipakai. Melalui merekalah terjadinya perubahan umat Islam dari umat yang sederhana kebudayaannya menjadi umat yang tinggi peradabannya.
BAB III
KESIMPULAN

Sayyid Ahmad Khan berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad saw melalui Fatimah dan Ali, ia dilahirkan di Delhi pada tahun 1817 M. Ia sejak kecil mengenyam pendidikan tradisional dalam wilayah pengetahuan agama dan belajar bahasa Arab juga belajar bahasa Persia. Ia wafat pada tanggal 24 Maret tahun 1898.
Sayid Ahmad Khan mementingkan ilmu pengetahuan dan teknologi, ia juga menghargai kebebasan akal. Dalam bidang teologi, ia menganjurkan untuk menganut paham qadariah. Dalam bidang hukum, ia menganut asas relativisme yang menekankan perubahan hukum mengikuti perubahan zaman. Sejalan dengan itu, ia menolak hukum potong tangan bagi pencuri dan rajam bagi pezina. Ia menganggap hal itu hanya sesuai dengan masyarakat primitif. Ia pun menolak taklid. Sumber hukum Islam adalah Al-Qur’an dan hadits. Penerimaanya terhadap hadits sangat selektif, menurutnya hadits yang dapat diandalkan jumlahnya sangat sedikit sekali. Menurut Sayid Ahmad Khan, pendidikan adalah satu-satunya jalan bagi umat Islam India untuk mencapai kemajuan.
Sayyid Amir Ali lahir tahun 1849, dan meninggal dalam usia 79 tahun pada tahun 1928. Pendidikannya ia peroleh di perguruan tinggi Muhsiniyya yang berada di dekat kalkuta. Di sinilah ia belajar bahasa Arab, bahasa Inggris, juga belajar sastra Inggris dan hukum Inggris.
Sayid Amir Ali berkeyakinan bahwa Islam dapat membawa umatnya ke kemajuan. Islam adalah penyempurna agama-agama sebelumnya, ini telah dibuktikan pada zaman klasik. Umat Islam sebelum abad ke-20 mundur karena terlalu memusatkan perhatian kepada ibadah, kehidupan akhirat, dan tidak memperhatikan sejarah. Sayid Amir Ali adalah pemikir pertama yang membawa umat Islam ke sejarah lama untuk membuktikan bahwa Islam adalah agama rasional dan agama kemajuan. Kemunduran umat Islam dikarenakan mereka meninggalkan ijtihad, tidak seperti umat Islam zaman klasik yang mementingkan ijtihad. Sayid Amir Ali juga ingin meningkatkan kedudukan kaum wanita, untuk itu mereka harus mendapatkan pendidikan yang sama.

DAFTAR PUSTAKA
Al Bahiy, Muhammad, Dr. 1986. Pemikiran Islam Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Nasution, Harun, Dr, Prof. 1990. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan
Gerakan
. Jakarta: PT Bulan Bintang.
Ali, Mukti, Alam Pikiran Isalm Modern di India dan Pakistan, Bandung: Mizan, 1998.
http://www.cis-ca.org/voices/k/syydkhn.htm





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar