PERANAN
PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH
Dibuat dan Dipresentasikan Sebagai Salah
Satu Tugas Kelompok Pada
Mata Kuliah Psikologi Umum
Dosen
Abdul Malik,
S.Ag
Oleh :
Kelompok 9 (sembilan)
1. Karina Noviyanti
2. Dede Supiandi
3. Desi Irma Yuliani
4. Darajat P. Wiguna
5. Yona Suhandi
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUKABUMI
2010 M /
1430 H
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Tidak dapat diragukan lagi, bahwa sejak anak-anak
manusia pertama-tama lahir kedunia, telah ada dilakukan usaha-usaha pendidikan.
Manusia telah berusaha mendidik anak-anaknya, kendatipun dengan cara yang
sangat sederhana. Demikian pula semenjak manusia saling bergaul, telah ada
usaha-usaha dari orang-orang yang lebih mampu dalam hal-hal tertentu untuk
mempengaruhi orang lain teman bergaul mereka, untuk kepentingan kemajuan
orang-orang bersangkutan itu. Masalah pendidikan adalah masalahnya setiap orang
dari dulu hingga sekarang, dan diwaktu-waktu yang akan datang.
Merupakan suatu keharusan bagi setiap pendidik yang
bertanggung jawab, bahwa dia dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat dalam
cara yang sesuai dengan “keadaan” sianak didik. Psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang berusaha memahami sesama manusia, dengan tujuan untuk dapat
memperlakukannya dengan lebih tepat. Karena ilmu pengetahuan psikologi mengenai
anak didik dalam proses pendidikan adalah hal yang perlu dan penting bagi
setiap pendidik. Sehingga seharusnya adalah kebutuhan setiap pendidik untuk
memiliki pengetahuan tentang psikologi pendidikan. Maka dari itu psikologi berperan
dalam dunia pendidikan.
ada hakikatnya psikologi pendidikan itu dibutuhkan
oleh setiap orang karena kalau diingat bahwa setiap orang pada suatu saat tentu
akan melakukan perbuatan mendidik. Kenyataan bahwa pada dewasa ini hanya para
pendidik profesional saja yang mempelajari psikologi mengenai pendidikan
tidaklah dapat dipandang sebagai hal yang memang sudah selayaknya.
|
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami bahas dalam makalah
ini adalah sebagai berikut :
- Apa yang dimaksud psikologi?
2. Apa itu pendidikan?
3. Bagaimana penerapan psikologi
dalam pendidikan?
C.
Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah agar para mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan mengenai psikologi.
2. Menjelaskan tentang pendidikan.
3. Bagaimana penerapan pendidikan
dalam psikologi.
BAB
II
PAMBAHASAN
A.
Psikologi
1. Pengertian
Psikologi
Dilihat dari arti katanya, psikologi berasal dari kata
” psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan”logos” atau
ilmu. Ditinjau dari arti katanya, psikologi dapat diartikan seolah-olah sebagai
ilmu jiwa, yaitu ilmu yang mempelajari jiwa. Tetapi mengartikan psikologi
sebagai ilmu yang mempelejari jiwa sebenarnya kurang tepet, karena dalam
kenyataannya psikologi tidak mengkaji jiwa sebagai objeknya, karena jiwa
merupakan sesuatu yang tidak dapat diamati secara konkrit, dan jiwa hanyalah
merupakan salah satu aspek saja dari kehidupan individu secara keseluruhan.
Psikologi mempelajari perilaku sebagai manisfestasi jiwa.
Apa yang hendak diselidiki oleh psikologi ialah segala
sesuatu yang dapat memberikan jawaban apa sebenarnya manusia itu, mengapa ia
berbuat demikian, apa yang mendorongnya berbuat demikian, apa maksud dan tujuan
ia berbuat demikian, dengan singkat dapat kita katakan bahwa psikologi adalah
suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji perilaku individu dalam interaksi dangan
lingkungannya.
Perilaku yang dimksud adalah dalam pengertian yang
luas sebagai manifestasi hayati(hidup) yang meliputi :
·
Perilaku motorik adalah perilaku dalam
bentuk gerakan seperti berjalan, berlari, duduk, dsb.
·
Perilaku kognitif adalah perilaku dalam
yang berupa dorongan dari dalam individu, misalnya kemauan, motif, kehendak,
nafsu, dsb.
·
Perilaku afektif adalah perilaku dalam
bentuk perasaan atau emosi, seperti senang, nikmat, gembira, sedih, cinta, dsb.
|
Sebagai suatu ilmu pengetahuan, psikologi menggunakan
metode-metode ilmiah (scientific methods) untuk mengumpulkan, mengolah,
menganalisis, dan menafsirkan informasi yang berkenaan dengan perilaku
individu. Beberapa metode yang dipergunakan antara lain eksperimen, observasi,
klinis, psikometrika, dsb. Dengan demikian psikologi mencoba memberikan jawaban
secara ilmiah terhadap pertanyaan tentang apa, mengapa, dan bagaimana perilaku
individu. Hasil kajian yang berupa teori, prinsip atau generalisasi akan
digunakan untuk memenuhi, mengontrol, dan meramalkan perilaku individu dalam
berbagai aspek kehidupan.
2.
Definisi Psikologi
Secara umum psikologi diartikan ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia. Atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala jiwa
manusia. Karena para alhi jiwa mempunyai penekanan yang berbeda maka definisi
yang dikemukakan juga berbeda-beda.
Diantara pengertian yang dirimuskan oleh para ahli itu
antara lain sebagai berikut :
a)
Menurut Dr. Singgih Dirgagunarsa: Psikologi adalah ilmu
yang mempelajari tingkah laku manusia.
b)
Plato dan Aristoteles, berpendapat: Psikologi ialah
ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai
akhir.
c)
John Broadus Watson, memandang psikologi sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku tampak (lahiriah) dengan mengunakan
metode observasi yang objektif terhadap
ransangan dan jawaban (responsi)
d)
Wilhelm wundt, tokoh psikologi eksperimental
berpendapat bahwa psikologi merupakanilmu pengetahuan yang mempelajari
pengalaman-pengalaman yang timbul dalm diri manusia, seperti dalam perasaan
panca indra, pikiran, feeling, dan kehendak.
e)
Woodworth dan Marquis berpendapat: psikologi ialah ilmu
pengetahuan yang mempelajari aktivitas individu sejak dalam kandungan sampai
meninggal dunia dalam hubungannya dengan alam sekitar.
f)
Knight dan Knight: “psychology may be defined as the
systematic study of experience and behavior human and animal, normal and
abnormal, individual and social.”
g)
Hilgert: “psychology may be defined as the science
that studies the behavior of men and other animal.”
h)
Ruch: “psychology is sometime defined as the study
of man, but this definition is too broad. The truth is that psychology is
partly biological science and partly a social science, overlapping these two
major areas and relating them each other.”
3. Obyek Psikologi
Di muka telah dikatakan bahwa psikologi adalah ilmu
yang berusaha menyelidiki manusia, jadi yang menjadi obyek daripada psikologi
adalah manusia. Karena sifat-sifat manusia yang sangat kompleks dan unik, maka
obyek psikologi biasanya dibedakan menjadi dua macam:
a. Obyek
material, yakni obyek yang dipadang secara keseluruhannya. Adapun obyek
material dari psikologi ialah manusia. Manusia, di samping menjadi obyek
psikologi juga menjadi obyek bagi ilmu-ilmu yang lain.
b. Obyek
formal, jika dipandang menurut aspek yang dipentingkan dalam penyelidikan
psikologi itu. Dalam hal ini maka obyek formal dari psikologi adalah
berbeda-beda menurut perubahan zaman dan pangdangan para ahli masing-masing.
Pada zaman Yunani samapi dengan abad pertengahan misalnya, yang menjadi obyek
formalnya adalah hakikat jiwa. Kemudian pada masa Descartes obyek psikologi itu
ialah gejala-gejala kesadaran, yakni apa-apa yang langsung kita hayati dalam
kesadaran kita: tanggapan, perasaan, emosi-emosi, hasrat, kemauan, dsb. Pada
aliran Behaviorisme yang timbul di Amerika pada permulaan abad ke-20 ini yang
menjadi obyeknya ialah tingkah laku manusia yang tampak (lahiriah).
Sedangkan pada aliran psikologi yang dipelopori oleh Freud, obyeknya adalah
gejala-gejala ketidaksadaran manusia.
4.
Pendekatan
Psikologi
Dalam pengkajian terhadap perilaku, terdapat berbagai
jenis pendekatan dalam memberikan penjelasan mengenai apa, mengapa, dan
bagaimana prilaku individu. Pendekatan-pendekatan utama ialah sebagai berikut:
a)
Pendekatan behaviorisme, lebih mengutamakan
hal-hal yang nampak dari individu. Menurut pendekatan ini, perilaku itu adalah
segala sesuatu yang dapat diamati oleh alat indera kita sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan. Dalam interaksi dengan lingkungan, individu menerima
stimulus (rangsangan) dengan response (tindak balas). Pendekatan behaviorisme
ini sering pula disebut sebagai teori S-R (teori stimulus-response). Beberapa
tokoh psikologi dalam pendekatan ini antara lain: Watson, Skinner, Pavlov, dan
Thorndike.
b)
Pendekatan psikoanalisa, lebih mengutamakan
hal-hal yang berada di bawah kesadaran individu. Pendekatan ini menganggap
bahwa perilaku individu dikontrol oleh bagian yang tidak sadar. Tokoh utama
psikoanalisa ialah Sigmund Freud, yang mrngatakan bahwa kepribadian terdiri
atas tiga unsur, yaitu Id, Ego, dan Super Ego. Semua perilaku digerakkan oleh
kekuatan di bawah sadar yang disebut libido.
c)
Pendekatan kognitif, menjelaskan bahwa perilaku
itu sebagai proses internal (di dalam). Pendekatan ini menganggap bahwa
perilaku merupakan suatu proses input-output yaitu penerimaan dan pengolahan
informasi, untuk kemudian menghasilkan keluaran. Individu bukanlah menerima
rangsangan yang pasif, akan tetapi di dalam kesadarannya (otak) terjadi suatu
proses yang aktif mengolah dan mengubah informasi yang diterima menjadi bentuk
baru yang lebih sesuai. Keluaran yang berupa perilaku akan banyak tergantung
pada pembendaharaan (simpanan) dalam kesadaran atau otak individu. Tokoh-tokoh
dalam pendekatan ini antara lain: Piaget, Ausubel, dan Brunner.
d)
Pendekatan humanistik, lebih menekankan pada
martabat kamanusiaan pada individi yang berbeda dengan hewan dan mahluk
lainnya. Menurut pendekatan ini, manusia sudah sejak awalnya mempunyai dorongan
untuk mewujudkan dirinya sebagai manusia di lingkungannya. Setiap individu
bertanggung jawab terhadap tindakannya nasing-masing. Perilaku individu terjadi
karena adanya kebutuhan yang mendorong untuk mewujudkan dirinya
(self-actualization). Tokoh-tokoh dalam kelompok pendekatan ini adalah Maslow
dan Carl Rogers.
e)
Pendekatan neurobiologi, yang mangaitkan
perilaku individu dengan kejedian-kejadian di dalam otak dan sistem syaraf.
Menurut pendekatan ini, perilaku seseorang amat tergantung pada posisi otak dan
sistem syarafnya. Apabila otak dan syaraf terganggu, maka perilaku akan
terganggu pula.
5.
Jenis-Jenis Psikologi
Sebagai suatu ilmu pengetahuan, psikologi telah banyak
dipergunakan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi,
perdagangan, industri, hukum, politik, militer, sosial, kesehatan, manajemen
dan administrasi, pengajaran, kepemimpinan, pelatihan, agama, dsb. Sehubungan dengan
itu, kemudian timbul berbagai cabang-cabang psikologi yang mengkaji perilaku
dalam situasi yang khusus, baik untuk tujuan teoritis maupun praktis.
Psikologi umum
ialah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari kegiatan-kegiatanatau
aktivitas psikis manusia pada umumnya yang dewasa, yang normal dan yang beradab
(berkultur). Psikologi umum berusaha mencari dalil-dalil yang bersifat umum
daripada kegiatan-kegiatan atau aktivitas psikis. Psikologi umum memandang
manusia seakan-akan terlepas dari manusia yang lain.
Psikologi khusus
ialah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari segi-segi kekhususan dari
aktivitas psikis manusia. Hal-hal yang khusus yang menyimpang dari hal-hal yang
umum dibicarakan dalam psikologi khusus.
Beberapa jenis psikologi khusus antara lain:
·
Psikologi perkembangan, yang mengkaji perilaku
individu yang berada dalam proses perkembangan sejak kehidupan dimulai
(konsepsi) sampai akhir kehidupan (mati).
·
Psikologi sosial, yang mengkaji perilaku
individu dalam interaksi sosial.
·
Psikologi abnormal, yang mengkaji perilaku
individu yang tergolongan abnormal.
·
Psikologi komparatif, yang mengkaji perbandingan
perilaku manusia dengan perilaku binatang.
·
Psikologi diferensial, yang mengkaji perbedaan
perilaku antar individu.
·
Psikologi keperibadian, yang mengkaji perilaku
individu secara khusus dari aspek kepribadiannya.
·
Psikologi pendidikan, yang mengkaji perilaku
individu dalam situasi pendidikan.
·
Psikologi industri, yang msngkaji perilaku
individu dalam akitan dengan dunia industri.
·
Psikologi klinis, yang mengkaji perilaku
individu untuk keperluan penyembuhan.
·
Psikologi kriminal, yang mengkaji perilaku
individu dalam situasi kriminal.
·
Psikologi militer, yang mengkaji perilaku
individu dalam situasi kemiliteran.
6.
Metode-metode dalam Psikologi
Objek psikologi adalah penghayatan dan perbuatan
manusia, perbuatan manusia dalam alam yang kompleks dan selalu berubah. Jiwa
bukanlah sesuatu benda yang mati, tetapi sesuatu yang hidup dinamis, selalu
berubah untuk maju menuju kesempurnaannya. Oleh karena itu penggunaan suatu
metode, bagaimanapun baiknya pasti tidak dapat menghasilkan kebenaran yang
mutlak. Sebab tiap metode punya kelemahan di samping kebaikan.
Dengan demikian, dalam menyeladiki, hendaknya juga
digunakan banyak metode. Ini dimaksudkan agar kelemahan metode yang satu dapat
ditutupi oleh kesempurnaan pada metode yang lain.
Berdasarkan renungan dan pengalaman maka akan
didapatkan metode sebagai berikut:
a) Metode yang bersifat filosofis.
1)
Metode Intuitif
Metode ini dilakukan dengan cara sengaja untuk
mengadakan suatu penyeladikan atau dengan tidak sengaja dalam pergaulan
sehari-hari. Dalam keadaan yang terakhir itu kita mengadakan penilaian. Langkah
sepertiini justru kesan pertamalah yang paling besar peranannya dalam
pengambilan kesimpulan. Metode ini kurang memenuhi syarat, karena harus
dikombinasikan dengan metode-metode lain guna memperoleh kesimpulan yang valid.
2)
Metode Kontemplatif
Metode ini dilakukan dengan jalan merenungkan objek
yang akan diketahui dengan mempergunakan kemampuan berpikir kita. Alat utama
yang digunakan adalah pikiran yang benar-benar sudah dalam keadaan objektif.
Metode ini tidak sepopuler metode yang bersifat empiris. Karena hasilnya
dianggap terlalu spekulatif. Namun demikian metode ini masih digunakan dalam
dunia psikologi.
3)
Metode Fisolofis Religius
Metode ini digunakan dengan menggunakan materi agama,
sebagai alat utama untuk meneliti pribadi manusia. Nilai-nilai yang terdapat
dalam agama itu merupakan kebenaran absolut dan pasti. Dengan kata lain, kita
menyelidiki jiwa manusia beserta segala seginya dengan menggunakan materi yang
tertera dalam kitab suci sebagai norma standar penilaian.
b) Metode yang bersifat empiris.
1) Metode Observasi
Metode observasi ialah metode untuk mempelajari
kejiwaan dengan sengaja mengamati secara langsung, teliti, dan sistematis.
Dalam hal ini observasi dapat melalui tiga cara, yaitu:
(a)
introspeksi (retrospeksi).
Istilah “introspeksi”
berasal dari bahasa Latin: (intro: dalam; dan spektare: melihat). Jadi pada
introspeksi individu mengalami sesuatu, dan ia sendiri dapat pula mengamati,
mempelajari apa yang dihayati itu.
Kelemahan dalam metode introspeksi:
(1)
Kesulitan pada manusia melakukan dua tugas menghayati
dan mengingat kembali.
(2)
Pada introspeksi faktor ingatan kadang-kadang
menghambat proses, yaitu adanya faktor krlupaan dan pencampuradukan antara
fantasi dan ingatan.
(3)
Kekurangan perbendaharaan bahasa di dalam melikiskan
kembali peristiwa yng sudah dan sedang terjadi.
(4)
Kadang-kadang diragukan objrktivitasnya oleh karena
adanya ketidakjujuran.
(b)
Introspeksi eksperimental.
Istilah introspeksi eksperimental adalah suatu metode
introspeksi, yang dilaksanakan dengan mengadakan eksperimen secara sengaja dan
dengan suasana yang dibuat.
(c)
Ekstrospeksi.
Ekstrospeksi adalah suatu metode dalam ilmu jiwa yang
berusaha untuk menyelidiki atau
mempelajari dengan sengaja dan teratur gejala-gejala jiwa sendiri denga
membandingkan gejala orang lain dan mencoba mengambil kesimpulan dengan melihat
gejala-gejala jiwa yang ditunjikan dari mimik dan pantomimik orang lain.
2) Metode Pengumpulan Bahan
Dengan teknik ini, dimaksudkan suatu penyelidikan yang
dilakukan mengolah data-data yang didapat dari kumpulan daftar pertanyaan dan
jawaban (angket), bahan-bahan riwayat hidup ataupun bahan-bahan lain yang
berhubungan dengan apa yang sedang diselidiki. Data-data yang diperoleh itu
kemudian diklasifikasikan untuk kemudian ditarik kesimpulan. Dalam rangka
mendapatkan data dengan teknik pengumpulan bahan ini peneliti dapat menempuh
dengan melalui tiga cara:
(a)
Metode Angket-interviu
Metode angket ialah suatu penyelidikan yang
dilaksanakan dengan menggunakan daftar pertanyaan mengenai gejala-gejala
kejiwaan yang harus dijawab oleh orang banyak, sehingga berdasarkan jawaban
yang diperolehnya itu, dapat diketahui keadaan jiwa seseorang.
(b)
Metode Biografi
Metode ini merupakan lukisan atau tulisan perihal
kehidupan seseorang, baik sewaktu ia masih hidup maupun sesudah meninggal.
(c)
Metode Pengumpulan Bahan
Metode ini merupakan suatu metode yang dilaksanakan
dengan jalan mengumpulkan bahan, terutama pengumpulan gambar yang dibuat oleh
anak-anak.
3) Metode Eksperimen (Percobaan)
Istilah eksperimen dalam psikologi berarti pengamatan
secara teliti terhadap gejala-gejala jiwa yang kita timbulkan dengan sengaja.
Hal ini dimaksudkan untuk “menguji” hipotesis pembuat eksperimen tentang
reaksi-reaksi individu atau kelompok dalam suatu situasi tertentu. Jadi, tujuan
eksperimen ialah untuk mengetahui sifat-sifat umum dari gejala-gejala kejiwaan.
4) Metode Klinis
Metode klinis ialah nasihat dan bantuan kedokteran
yang diberikan kepada para pasien, oleh ahli kesehatan. Metode klinis yang
diterapkan dalam psikologi ialah kombinasi dari bantuan klinis medis dengan
metode pendidikan, untuk melakukan observasi terhadap para pasien.
5) Metode Interviu
Interviu merupakan metode penyelidikan dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan, pertanyaan dalam bentuk lisan.
6) Metode Testing
Metode ini merupakan metode penyelidikan yang
mernggunakan soal-soal, pertanyaan-pertanyaan, atau tugas-tugas lain yang telah
distandarisasikan.
7) Tujuan
Mempelajari Psikologi
·
Untuk memperoleh pemahaman tentang gejala-gejala
jiwa dan pengertian yang lebih sempurna tentang tingkah laku sesama manusia
pada umumnya dan anak-anak pada khususnya.
·
Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan jiwa serta
kemampuan jiwa sebagai sarana untuk mengenal tingkah laku manusia atau anak.
·
Untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan
dengan baik.
B.
Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan
diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan
dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik.
Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai
pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya.
Menurut
bahasa Yunani, pendidikan berasal dari kata "Pedagogi"
yaitu kata "paid" artinya "anak"
sedangkan "agogos" yang artinya membimbing "sehingga
" pedagogi" dapat di artikan sebagai "ilmu dan
seni mengajar anak".
Menurut UU
No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Wikipedia,
pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Dari pernyataan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik
secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
2.
Tujuan
Pendidikan
Menurut UU No. 2 Tahun 1985 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan dan bertagwa kepada
tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
kerampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa.
Tujuan Pendidikan nasional menurut TAP MPR NO II/MPR/1993 yaitu
Meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja
profesional serta sehat jasmani dan rohani.
Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan jiwa patriotik dan
memepertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan
kesetiakawaan sosial, serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai
jasa para pahlawan, serta berorientasi masa depan.
Menurut TAP MPR No 4/MPR/1975, tujuan pendidikan adalah membangun di
bidang pendidikan didasarkan atas falsafah negara pancasila dan diarahkan untuk
membentuk manusia-manusia pembangun yang berpancasila dan untuk membentuk
manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang dapat mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab dapat menyuburkan sikap
demokratis dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi
dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama
manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945, Bab II (Pasal 2,
3, dan 4).
3.
Batasan
tentang Pendidikan
Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli
beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan
tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang
menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.
a. Pendidikan sebagai Proses
transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan
diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang
lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi
tua ke generasi muda. Ada
tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya
nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.
b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan
diartikan sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada
terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2
sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka
yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.
c. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warganegara
Pendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan
sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar
menjadi warga negara yang baik.
d. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyimpana tenaga kerja diartikan
sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar utuk
bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan
karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.
e. Definisi Pendidikan Menurut GBHN
GBHN 1988(BP 7 pusat, 1990: 105) memberikan batasan
tentang pendidikan nasional sebagai berikut: pendidikan nasiaonal yang berakar
pada kebudayaan bangsa indonesia dan berdasarkan pancasila serta Undang-Undang
Dasar 1945 diarahkan untuk memingkatkan kecerdasan serta dapat memenuhi
kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
4. Unsur-Unsur
Pendidikan
Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:
a.
Subjek yang dibimbing (peserta didik).
b.
Orang yang membimbing (pendidik).
c.
Interaksi antara peserta didik dengan pendidik
(interaksi edukatif).
d.
Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan).
e.
Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi
pendidikan).
f.
Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode).
g.
Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung
(lingkungan pendidikan).
C.
Peranan Psikologi dalam Pendidikan
Pedidikan dan
pengajaran tampaknya dapat dianggap sebagai bidang profesi yang paling banyak
memanfaatkan penerapan psikologi. Khususnya dalam pendidikan dan pengajaran
persekolahan.
Program-program
dalam persekolahan yang memanfaatkan hasil penelitian psikologi antara lain:
1) Pengajaran
Bagi para pendidik, pengetahuan
tentang psikologi yang dimiliki akan membantu dalam menghadapi anak didiknya.
Misalnya, bagaimana memanfaatkan hasil penilaian pendidikan sehingga dapat
mendorong anak belajar, bagaimana memanfaatkan alat peraga dalam mengajar, dan
lain sebagainya. Betapa banyaknya sumbangan psikologi dalam dunia pengajaran
ini sehingga perly sekali., bagi calon guru dibekali psikologi sebelum ia
melakukan tugasnya.
2) Kurikulum
Dasar-dasar psikologi digunakan
untik menyusun program pengajaran, yang sesuai dengan masa perkembangan anak,
kebutuhan-kebutuhan anak, minat anak, dan lain sebagainya.
3) Disiplin dan peraturan
Pembuatan peraturan-peraturan
sehingga dengan sukarela anak mau menurutinya, penciptaan suasana sekolah yang
menyenangkan, dan lain sebagainya.
4) Human relationships
Hubungan antar-personal di
sekolah sehingga dinamika kerja lebih efektif dan efisien menyangkut hubungan
sesama guru, antara guru dengan kepala sekolah, antara guru dengan murid,
antara guru dengan tata usaha, dan seterusnya.
Pendidikan sebagai suatu proses perubahan tingkah
laku, tidak akan mungkin dapat dilepaskan dari psikologi. Karena dalam
pendidikan berhubungan erat dengan manusia. Jika kita membicarakan tentang
manusia, maka akan banyak ilmu pengetahuan yang muncul berkaitan dengan
eksistensi manusia.
Manusia memiliki kecenderungan untuk mempelajari
dirinya sendiri, sehingga muncul suatu ilmu yang mempelajari diri sendiri
manusia, atau dengan kata lain manusia ingin mengetahui keadaan manusia
sendiri, manusia menjadi objek studi dari manusia. Hal ini yang memunculkan
ilmu pengetahuan baru yang disebut psikologi, yang lebih menekankan kepada
aspek pemahaman dan pengkajian sesuatu dari sudut karekateristik dan perilaku
manusia, khususnya manusia sebagai individu.
Individu yang dimaksud adalah individu manusia, namun
bukan manusia pada umumnya, melainkan manusia yang memiliki keunikan dan
karakteristik tertentu yang bersifat spesifik. Hal ini yang membedakan
psikologi dengan cabang-cabang ilmu lain yang sama-sama mengkaji tentang
manusia.
Adapun pendidikan, merupakan salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang lebih menekankan kepada mendidik, membimbing dan mengarahkan
manusia menuju arah yang lebih baik, secara jasmani maupun rohani. Sehingga
antara pendidikan dan psikologi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena
keduanya saling mendukung dan saling melengkapi. Untuk mewujudkan manusia yang
bertingkah laku atau berperilaku lebih baik, maka manusia itu harus dididik
dalam suatu proses pendidikan. Pendidikan sendiri tidak akan berjalan secara
optimal, efektif dan efisien apabila mengesampingkan faktor psikologis manusia.
Dalam proses pendidikan manusia memiliki karakteristik
dan keunikan yang berbeda satu sama lain. Hal ini membutuhkan pengelolaan yang
berbeda. Bagitu pun apabila ditinjau dari sudut perkembangan, pertumbuhan,
jenis kelamin manusia tersebut menunjukkan bahwa proses pendidikan yang
dilakukan tidak akan sama. Oleh karena itu, penting bagi pendidik maupun calon
pendidik untuk menguasai ilmu pengetahuan psikologi, agar dalam proses
pendidikannya mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada
peserta didiknya.
Adapun dalam kajian ini berupaya untuk mengeksplorasi
peranan psikologi dalam pendidikan. Apa peranan yang diberikan psikologi dalam
pendidikan? Apakah tujuan pendidikan akan tercapai apabila mengesampingkan
aspek psikologis ini? Prolematika tersebut muncul karena dalam pendidikan tidak
bisa dilepaskan dari dukungan cabang ilmu psikologi ini.
Sebelum psikologi memasuki lembaga yang menghasilkan
tenaga berpendidikan telah berkembang beberapa anggapan bahwa pengetahuan dan
penguasaan akan bahan pelajaran secara otomatis akan memberikan kemampuan atau
kompetensi untuk mengajarkanya. Anggapan lainnya, jika kemampuan dan
keterampilan mengajar terpisah dari pengetahuan tentang bahan pelajaran yang
ada, maka kemampuan dan ketrampilan tersebut merupakan pembawaannya. Dengan
kata lain, anggapan yang terakhir, melahirkan pernyataan “guru-guru/ pendidik
dilahirkan sebagai guru/pendidik, bukannya dipersiapkan” (teachers are born,
not made).
Sudah tentu, kedua anggapan tersebut tidak menunjukkan
keahliannya, baik seluruhnya maupun sebagian. Terhadap anggapan pertama,
keahlian atau validitasnya dapat digugurkan berdasarkan atas pengalaman
sehari-hari. Suatu gejala yang sudah lazim terdapat pada pengalaman tiap orang
menunjukkan bahwa sarjana baik laki-laki maupun wanita, betapapun kompetennya,
namun belumlah tentu dapat menjamin dia mampu menyampaikan pengetahuannya
kepada para peserta didik dengan baik. Sebaliknya, cukup banyak sarjana yang
kurang kompeten, ternyata lebih berhasil sebagai pendidik/guru.
Sedangkan terhadap anggapan yang kedua, tidak
sepenuhnya mengandung kesahihan. Memang, tak seorang pun menyangkal bahwa
tiap-tiap orang ada ketidaksamaan dalam hal bakat pembawaan mengajar. Paling
tidak ada dua hal – yaitu dalam hal kemampuan untuk menemukannya secara
intuitif atau belajar dari orang lain tentang prinsip-prinsip belajar-mengajar
yang sahih dan dalam hal kemampuannya untuk melaksanakan prinsip-prinsip
tersebut dengan berhasil. Perkiraan yang tepat adalah sebagian mereka yang
berintelegensi normal akan dapat memanfaatkan dan mengambil keuntungan sebagian
pengajaran yang sistematis yang dibenarkan secara logis dan empiris tentang
sifat dan kemudahan dalam proses belajar. Bagi mereka yang kurang berbakat,
setidak-tidaknya akan dapat menjadi guru yang baik, sedangkan bagi mereka yang
berbakat lebih baik, justru akan dapat mengembangkan dengan lebih baik lagi tiap
kapasitas yang dimilikinya.
Bagaimanapun, yang ideal ialah dilakukannya proses seleksi
yang sedemikian rupa dalam penerimaan calon pendidik/guru agar psikologi
pendidikan benar-benar dapat memainkan peran dan fungsinya dengan jelas.
Untuk memperkuat uraian tersebut, baiklah dikemukakan
contoh sebagai berikut, jika orang hendak mengajarkan bidang studi matematika
atau bidang studi pendidikan agama, misalnya. Paling tidak ia perlu memahami
dan menguasai empat hal, yaitu: pertama, tujuan yang ingin dicapai; kedua,
materi yang akan disampaikan; ketiga, sifat dan hakikat anak didik; dan keempat,
metode mengajar dan alat-alat peraganya.
Terhadap masalah yang kedua, yaitu yang menyangkut
masalah atau materi yang akan disajikan, biasanya telah dipelajari calon
pendidik/guru sebelum ia disiapkan secara teknis untuk menjadi guru/pendidik.
Terhadap masalah pertama dan keempat, yaitu tujuan yang ingin dicapai dan
metode mengajar dan alat-alat peraga yang diperlukan, kesemuannya dapat
dimasukkan ke dalam seni dan ketrampilan mengajar serta prosedur pengembangan
dalam proses belajar mengajar. Sedangkan terhadap masalah yang ketiga, yaitu
sifat hakikat peserta didik, ini menyangkut pengetahuan dan pemahaman kejiwaan
anak didik, ini menyangkut pengetahuan dan pemahaman kejiwaan anak didik dalam
proses belajarnya. Dan terhadap masalah yang terakhir inilah nampak dengan
jelas betapa pentingnya psikologi pendidikan bagi guru/pendidik, maupun calon
pendidik.
Jadi, berdasarkan atas uraian di atas, dapatlah
ditegaskan bahwa psikologi pendidikan sebagai suatu ilmu pengetahuan merupakan
suatu keharusan di lembaga-lembaga pendidikan guru/pendidik. Dan penegasan ini
pun mendasarkan atas dua dimensi pemikiran. Pertama, sifat dan jenis
belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang kemudian dapat
diidentifikasikan secara meyakinkan. Kedua, pengetahuan yang serupa itu
dapat disistematisasikan dan disampaikan secara efektif kepada para calon
pendidik/guru. Dari kedua dimensi pemikiran inilah para calon pendidik/guru
dapat mengambil manfaat dan keuntungannya.
Walaupun demikian, perlu disadari bahwa psikologi
pendidikan bukan merupakan satu-satunya syarat untuk mempersiapkan dan
menjadikan seseorang bisa menjadi pendidik/guru yang baik. Sebab, masih cukup
banyak persyaratan lainnya, antara lain, bakat, minat, komitmen, motivasi dan
latihan serta penguasaan metodologi pengajaran.
BAB III
KESIMPULAN
Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji perilaku individu
dalam interaksi dangan lingkungannya.
Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan
potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, sekaligus juga
proses interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam suatu lingkungan
tertentu. Senantiasa tidak bisa dipisahkan dari psikologi. Karena memang obyek
dari pendidikan itu sendiri adalah individu manusia yang memiliki perilaku,
karakteristik dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Di sinilah peran
penting psikologi sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, wajib bagi suatu
lembaga yang mencetak kader-kader pendidik/guru untuk memberikan ilmu
pengetahuan psikologi kepada mereka calon pendidi tersebut. Adapun untuk para
pendidik/guru sudah selayaknya menguasai ilmu psikologi ini, agar dalam proses
belajar mengajar bisa meminimalisir kegagalan dalam penyampaian materi
pelajarannya. Walaupun demikian, perlu disadari bahwa psikologi pendidikan
bukan merupakan satu-satunya syarat untuk mempersiapkan dan menjadikan
seseorang bisa menjadi pendidik/guru yang baik. Sebab, masih cukup banyak
persyaratan lainnya, antara lain, bakat, minat, komitmen, motivasi dan latihan
serta penguasaan metodologi pengajaran.
|
DAFTAR PUSTAKA
Soemanto, Wasty, 1990. Psikologi
Pendidikan, Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Suryabrata, Sumadi, 1989. Psikologi
Pendidikan, Jakarta:
CV. Rajawali.
Purwanto, Ngalim, 1990. Psikologi
Pendidikan, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Surya, Mohamad, 2004. Psikologi
Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung:
Pustaka Bani Quraisy.
Ahmadi, Abu,2009. Psikologi Umum, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nasrudin, Endin, 2008. Psikologi
Pembelajaran, Sukabumi: STAI Sukabumi Publishing.
www.google.com
|
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim,
Segala puji
hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, Rasulullah terakhir yang diutus dengan membawa
syari’ah yang mudah, penuh rahmat, dan membawa keselamatan dalam kehidupan
dunia dan akhirat.
Makalah berjudul Penerapan
Psikologi dalam Pendidikan ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada
mata kuliah psikologi umum. Kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuan yang ada agar makalah ini dapat tersusun sesuai harapan.
Sesuai dengan fitrahnya,
manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang tak luput dari kesalahan dan
kekhilafan, maka dalam makalah yang kami susun ini pun belum mencapai tahap
kesempurnaan.
Kami sampaikan terima kasih
kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam proses penyelesaian makalah ini,
khususnya kepada Bpk. Abdul Malik, S.Ag yang telah memberikan tugas makalah
ini. Dan umumnya kepada rekan-rekan yang telah memberikan motivasi dalam bentuk
moril maupun materiil.
Mudah-mudahan makalah ini
dapat memberikan manfaat, dan semoga amal ibadah serta kerja keras kita,
senantiasa mendapat ridho dan ampunan dari-Nya. Amin.
Sukabumi, Maret 2010
Penulis
|
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR
ISI ..................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C.
Tujuan................................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Psikologi............................................................................................ 3
1. Pengertian
Psikologi....................................................................... 3
2.
Definisi Psikologi......................................................................... 4
3.
Obyek Psikologi.......................................................................... 5
4.
Pendekatan Psikologi.................................................................. 6
5.
Jenis-Jenis Psikologi.................................................................... 7
6.
Metode-metode dalam Psikologi................................................ 9
B. Pendidikan......................................................................................... 12
1.
Pengertian Pendidikan................................................................. 12
2.
Tujuan Pendidikan....................................................................... 13
3.
Batasan tentang Pendidikan........................................................ 14
4.
Unsur-Unsur Pendidikan............................................................. 16
C. Peranan Psikologi dalam Pendidikan................................................. 17
BAB
III KESIMPULAN................................................................................... 21
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................... 22
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar