KONSEP KURIKULUM
MAKALAH
Dibuat dan Dipersentasikan Sebagai Salah Satu Tugas Kelompok
Pada Mata Kuliah Pengembangan
Kurikulum PAI
Dosen
H. Uce Affandi, S.Pd.I, MM.Pd.I
Oleh :
1. Karina Noviyanti
2. Lia
Sri Mulyana
3. Fenni
Finawati
4. Eki
Agustin
5. Desi
Irma Yuliani
6. Evi
Rahmawati
7. Nur
Ayilla Twilanda
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUKABUMI
2011 M / 1433 H
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim,
Segala puji
hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasulullah terakhir yang diutus dengan
membawa syari’ah yang mudah, penuh rahmat, dan membawa keselamatan dalam
kehidupan dunia dan akhirat.
Makalah berjudul Konsep
Kurikulum ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada
mata kuliah Pengembangan Kurikulum PAI. Kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada
agar makalah ini dapat tersusun sesuai harapan.
Sesuai dengan fitrahnya,
manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang tak luput dari kesalahan dan
kekhilafan, maka dalam makalah yang kami susun ini pun belum mencapai tahap
kesempurnaan.
Kami
sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam proses
penyelesaian makalah ini, khususnya kepada Bapak H. Uce Affandi, S.Pd.I,
MM.Pd.I, yang telah memberikan tugas
makalah ini. Dan umumnya kepada rekan-rekan yang telah memberikan motivasi
dalam bentuk moril maupun materiil.
Mudah-mudahan makalah ini
dapat memberikan manfaat, dan semoga amal ibadah serta kerja keras kita,
senantiasa mendapat ridho dan ampunan dari-Nya. Amin.
Sukabumi, Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR
ISI ..................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C.
Tujuan................................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Riwayat Hidup dan Pemikiraan Sayid Ahmad Khan ....................... 3
B. Riwayat Hidup dan Pemikiran Sayid Amir Ali ................................ 7
BAB
III KESIMPULAN................................................................................... 11
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum sebagai
salah satu variabel pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan
kualitas pendidikan. Sebagaimana diungkapkan Nana Syaodih (1999:5), kurikulum
memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, serta sebagai penentu arah, isi, dan
proses pendidikan, yang pada akhirnya
menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan.
Dalam kehidupan
yang penuh kompetensi, tuntutan masyarakat terhadap kualitas semakin tinggi.
Hal ini dikarenakan masyarakat yakin sekolah mampu menjawab dan mengantisipasi
tantangan masa depan. Dalam konteks inilah beberapa sekolah berupaya menerapkan
konsep kurikulum sekolah yang berbeda dengan sekolah lain dalam meningkatkan
kualitas pendidikan di sekolahnya masing-masing.
Kurikulum sebagai
variabel sekaligus sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara
sistematis dan logis oleh sekolah guna mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum
sebagai program belajar adalah niat, rencana, atau harapan. Oleh karena itu
dapat pula dikatakan bahwa kurikulum adalah hasil belajar yang diniati.
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan
dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat
pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan
kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum
membutuhkan konsep-konsep yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran
dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada
konsep yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu
sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses
pengembangan manusia.
Untuk itu, dalam lembaga pendidikan yang namanya
konsep sangatlah penting karena konsep pelaksanaan kurikulum memberi petunjuk
bagaimana kurikulum itu dapat dilaksanakan di sekolah. Dengan demikian kurikulum
ini masih tahap rencana,ide, atau harapan, yang harus diwujudkan di suatu
lembaga sekolah, sehingga kurikulum tersebut mampu mengantarkan anak didik
untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, terdapat beberapa konsep
kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah yang kami bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan konsep kurikulum?
2.
Deskripsikan latar belakang munculnya berbagai macam
konsep kurikulum?
3.
Sebutkan model konsep kurikulum?
C. Tujuan
Adapun tujuan
makalah ini adalah agar para mahasiswa diharapkan dapat:
1.
Menjelaskan apa yang dimaksud dengan konsep kurikulum.
2.
Mendeskripsikan latar belakang munculnya berbagai macam
konsep kurikulum.
3.
Menyebutkan model konsep kurikulum.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Kurikulum
Konsep Kurikulum
terdiri dari dua kata, yaitu konsep
dan kurikulum, yang masing-masing
memiliki arti kata yang berbeda. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep
berarti rancangan, ide, atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa
konkret. Sedangkan kurikulum berarti perangkat mata pelajaran yang diajarkan
pada lembaga pendidikan.
Berikut definisi
konsep menurut para ahli:
v
Woodruf,
konsep adalah suatu gagasan atau ide yang relatif sempurna dan bermakna, suatu
pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara
seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui
pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek atau benda). Pada
tingkat konkrit, konsep merupakan suatu gambaran mental dari beberapa objek
atau kejadian yang sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan komplek, konsep
merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman
dengan objek atau kejadian tertentu.
v
Soedjadi,
konsep adalah ide abstrak yang digunakan untuk mengadakan klasifikasi, pada
umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata.
v
Bahri,
konsep adalah satuan ahli yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri yang
sama.
v
W. Gulo,
Konsep merupakan bahan baku ilmu pengetahuan, adalah sesuatu yang abstrak
tetapi menunjuk pada sesuatu yang konkret.
Dari beberapa
definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa konsep adalah sebuah rancangan dari
sebuah ide atau gagasan yang masih dalam bentuk abstrak yang akan diaplikasikan
dalam bentuk pelaksanaan sehingga menjadi konkret.
Sedangkan
Kurikulum secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang
berarti pelari dan curere yang artinya tempat berpacu. Dengan demikian
istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi kuno di Yunani,
yang mengandung pengertian jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis
start sampai garis finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai
jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan
dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.
Menurut Dedy
Pradibto (2007:210), kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi,dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggara kegiatan.
Menurut yang
berpandangan tradisional, kurikulum ialah sejumlah pelajaran yang harus
ditempuh siswa di suatu sekolah. Sedangkan menurut yang berpandangan modern, kurikulum
lebih dari sekedar rencana pembelajaran, kurikulum dianggap sebagai sesuatu
yang nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah.
Menurut
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Berikut definisi
kurikulum menurut para ahli:
v
Macdonald, kurikulum adalah pernyataan mengenai tujuan.
v
Nunan, kurikulum adalah semua kegiatan yang dalam kegiatan-kegiatan
tersebut para siswa terlibat secara aktif dalam aturan sekolah yang meliputi
apa yang dipelajari siswa, bagaimana mereka belajarnya, bagaimana guru membantu
mereka dalam belajar, materi apa yang digunakan, dengan menggunakan gaya dan
metode penilaian yang bagaimana serta fasilitas apa yang digunakan untuk
mendukung berjalannya semua kegiatan tersebut.
v
Tanner&Tanner,
kurikulum adalah suatu rencana tertulis.
v
Richards,
kurikulum adalah kegiatan yang esensial karena kegiatan tersebut mencoba
menelaah bagaimana meningkatkan kualitas pengajaran melalui penggunaan
perencanaan, pengembangan, penelaahan dan pelaksanaan dalam semua aspek program
secara sistematis.
v
Saylor&Alexander,
kurikulum adalah pengalaman nyata yang dialami peserta didik dengan bimbingan
sekolah.
v
Olivia,
kurikulum adalah perangkat pendidikan yang merupakan jawaban atas kebutuhan dan
tantangan.
Dari uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa konsep kurikulum adalah rancangan dari sebuah ide
atau gagasan yang masih dalam bentuk abstrak yang akan dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku berdasarkan pertimbangan isi, tujuan, materi,
metode, sistem dan pelaksanaan kurikulum tersebut.
B. Latar Belakang Munculnya berbagai Macam
Konsep Kurikulum
Model konsep kurikulum muncul sebagai implikasi
dari adanya berbagai aliran dalam pendidikan, karena kurikulum memiliki
keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun
dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori kurikulum
dijabarkan berdasarkan teori pendidikan. Nana Syaodih (1997) mengemukakan empat
teori pendidikan, yaitu:
1. Pendidikan Klasik
Aliran pendidikan
klasik-tradisional yang melahirkan konsep kurikulum rasionalisasi atau subjek
akademis. Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti perenialisme,
essensialisme, dan eksistensialisme dan memandang bahwa pendidikan berfungsi
sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan
peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil
dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo
dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis.
Faktanya, pendidik
mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki
peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas dari pendidik.
Pendidikan klasik menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum subjek
akademis, yaitu kurikulum yang bertujuan memberikan pengetahuan yang solid serta
melatih peserta didik menggunakan ide-ide dan proses penelitian, melalui metode
ekspositori dan inkuiri.
2. Pendidikan Pribadi
Aliran pendidikan
pribadi melahirkan konsep kurikulum aktualisasi diri atau humanistik. Teori
pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki
potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi
yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta
didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan
pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing,
pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.
Teori ini memiliki
dua aliran yaitu pendidikan progresif dan pendidikan romantik. Pendidikan
progresif dengan tokoh pendahulunya adalah Francis Parker dan John Dewey,
memandang bahwa peserta didik merupakan satu kesatuan yang utuh. Materi
pengajaran berasal dari pengalaman peserta didik sendiri yang sesuai dengan
minat dan kebutuhannya. Ia merefleksi terhadap masalah-masalah yang muncul
dalam kehidupannya. Berkat refleksinya itu, ia dapat memahami dan
menggunakannya bagi kehidupan. Pendidik lebih merupakan ahli dalam metodologi
dan membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan kemampuan dan
kecepatannya masing-masing.
Pendidikan
romantik berpangkal dari pemikiran-pemikiran J.J. Rouseau tentang tabula rasa,
yang memandang setiap individu dalam keadaan fitrah, memiliki nurani kejujuran,
kebenaran dan ketulusan. Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi
pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang
bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan
keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis
merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual
(kurikulum subjek akademis).
3. Pendidikan Interaksional
Aliran pendidikan
interaksionis melahirkan konsep kurikulum rekontruksi sosial. Pendidikan
interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran
manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama
dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga
berintikan kerja sama dan interaksi.
Dalam pendidikan
interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan
dari peserta didik kepada guru. Lebih dari itu, interaksi ini juga terjadi
antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan, antara
pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi ini terjadi melalui berbagai
bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar
mempelajari fakta-fakta. Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari
fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta
memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi pendidikan
interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial.
Pendidikan
interaksional menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum rekonstruksi
sosial, yaitu model kurikulum yang memiliki tujuan utama menghadapkan para
peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan
yang dihadapi manusia. Peserta didik didorong untuk mempunyai pengetahuan yang
cukup tentang masalah-masalah sosial yang mendesak (crucial) dan bekerja
sama untuk memecahkannya.
4.
Pendidikan Teknologi
Aliran pendidikan
teknologis melahirkoan konsep kurikulum teknologi. Teknologi pendidikan yaitu suatu
konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang
peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada
yang berbeda. Dalam tekonologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan
dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan
dan pemeliharaan budaya lama. Dalam konsep pendidikan teknologi, isi pendidikan
dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus.
Isi pendidikan
berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan yang yang mengarah
kepada kemampuan vocational . Isi disusun dalam bentuk desain program atau
desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika
dan para peserta didik belajar secara individual. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah
besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi.
Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat.
Guru
berfungsi sebagai direktur belajar (director of learning), lebih banyak
tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan. Teknologi
pendidikan menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum teknologis, yaitu
model kurikulum yang bertujuan memberikan penguasaan kompetensi bagi para
peserta didik, melalui metode pembelajaran individual, media buku atau pun
elektronik, sehingga mereka dapat menguasai keterampilan-keterampilan dasar
tertentu.
C.
Model Konsep Kurikulum
Menurut Zaenal Arifin (2001:127), model konsep
kurikulum tidak terlepas dari apa yang dikemukakan Hilda Tiba dalam bukunya Curriculum
Devolepment Theory and Practice, bahwa terdapat tida fungsi kurikulum,
yaitu:
v sebagai transmisi, yaitu mewarisi
nilai-nilai budaya, dapat direalisasikan melalui konsep kurikulum subjek
akademik.
v sebagai transformasi, yaitu melakukan
perubahan dan rekontruksi sosial, dapat diwujudkan melalui konsep kurikulum
rekontruksi sosial.
v sebagai pengembangan individu, dapat
direfleksikan melalui konsep kurikulum humanistik (aktualisasi diri).
Menurut Moh Ali, (1992:10) kurikulum sebagai suatu
rencana yang menjadi panduan dalam menjalankan roda proses pendidikan di
sekolah akan mempunyai bentuk yang berbeda-beda sebagai akibat dipegangnya
konsep tentang fungsi pendidikan itu. Oleh sebab konsep tentang fungsi pendidikan
itu bermacam-macam, maka konsep kurikulum pun bermacam-macam pula. McNeil (1981),
mengkategorikan konsep kurikulum ini ke dalam empat macam, yaitu:
1.
Konsep Kurikulum Subjek Akademik
Kurikulum ini merupakan model konsep kurikulum yang paling
tua, sejak sekolah yang pertama dulu berdiri. Kurikulum ini menekankan pada isi
atau materi pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu. Penyusunannya relatif
mudah, praktis, dan mudah digabungkan dengan model konsep yang lain. Kurikulum
ini bersumber dari pendidikan klasik, perenialisme
(kurikulum berfokus pada pengembangan diri) dan esensialisme (kurikulum berfokus pada keterampilan penting), yang
berorientasi pada masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai telah
ditentukan oleh pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan adalah memelihara dan
mewariskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada
generasi yang baru.
Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan, belajar
adalah berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam
belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagaian besar pendidikan yang diberikan oleh guru. (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997:81) Jadi
seorang guru harus berhati-hati dalam bertindak dan harus menjadi teladan bagi
murid-muridnya, karena ucapan dan tindakan guru akan dicontoh oleh
murid-muridnya sebagaimana dalam pepatah jawa bahwa guru adalah digugu dan ditiru.
Menurut Moh Ali,
(1992:14) konsep kurikulum akademis melahirkan bentuk-bentuk kurikulum yang
berorientasi pada mata pelajaran. Bahan-bahan mata pelajaran yang menjadi
kurikulum diseleksi dari disiplin-disiplin ilmu terkait yang dipandang dapat
mengembangkan proses kognitif. Bentuk lain dari kurikulum yang lahir
berdasarkan konsep kurikulum akademis adalah kurikulum inti atau core
curriculum. Kurikulum ini berisi mata pelajaran dan bahan pelajaran yang
bersifat fundamental, dan dianggap paling penting untuk dikuasai setiap siswa.
Menurut Arifin
(2001:129), ditinjau dari kerangka dasar kurikulum, konsep kurikulum subjek akademik
memiliki karateristik tertentu, antara lain:
a.
Tujuan,
yaitu mengembangkan kemampuan intelektual anak melalui penguasaan disiplin
ilmu. Dengan pengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu, para siswa diharapkan
memiliki konsep-konsep dan cara-cara yang dapat terus dikembangkan dalam
masyarakat yang lebih luas. Sekolah harus memberikan banyak kesempatan kepada
para siswa untuk merealisasikan kemampuan mereka untuk menguasai warisan
budaya.
b.
Isi atau
materi, yaitu mengambil dari berbagai disiplin ilmu yang telah disusun oleh
para ahli lalu diorganisasikan sesuai kebutuhan pendidikan. Pola organisasi
materi yang digunakan dalam kurikulum subjek akademik adalah:
·
Correlatet
curriculum adalah konsep
yang dipelajari dalam satu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran lainnya.
·
Unifiet
atau Concentrated
curriculum adalah bahan pelajaran yang tersusun dalam tema-tema pelajaran
tertentu, yang mencakup materi dari berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu.
·
Integrated
curriculum adalah bahan
ajar yang diintegrasikan dalam suatu persoalan, kegiatan atau segi kehidupan
tertentu.
·
Problem
solving curriculum adalah
topik pemecahan masalah sosial dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh dari berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu.
c.
Metode,
metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum subjek akademik adalah
metode eksposotori dan inkuiri.
d.
Evaluasi,
yaitu menggunakan jenis dan bentuk evaluasi yang bervariasi.
Konsep kurikulum ini mendapat kritikan
tajam dari berbagai aliran pendidikan yang lain. Kritikan tersebut sekaligus
menunjukkan kelemahan konsep kurikulum ini, yaitu:
Ø
Terlalu
menonjolkan domain kognitif-akademis sehingga domain afektif, psikomotor,
sosial, emosional menjadi terabaikan;
Ø
Konsep
yang dikembangkan para ahli belum tentu sesuai dengan minat dan kebutuhan
peserta didik;
Ø
Tidak
semua siswa dapat memahami dan menggunakan metode ilmiah;
Ø
Tidak
semua anak-anak menjadi ilmuwan profesional;
Ø
guru
tidak atau jarang terlibat dalam penelitian.
2.
Konsep
Kurikulum Humanistik
Konsep kurikulum ini dikembangkan oleh
para ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran
pendidikan pribadi yaitu John Mewey dan J.J. Rousseau, yang lebih menekankan
pada pengembangan kepribadian peserta didik secara utuh dan seimbang antara
perkembangan segi intelektual, afektif, dan psikomotor. Kurikulum ini
menekankan pengembangan dan kemampuan dengan memperhatikan minat dan kebutuhan
peseta didik dan pembelajarannya berpusat pada peserta didik. Pembelajaran
segi-segi sosial, moral, dan afektif mendapat perhatian utama dalam model kurikulum
ini.
Mereka
percaya bahwa siswa mempunyai potensi, punya kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang.
Para pendidik humanistik juga berpegang pada konsep Psikologi Gestalt, bahwa
individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan
diarahkan pada membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual
tetapi juga segi sosial dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai dll). Dalam hal ini ada beberapa aliran dalam
pendidikan humanistik yaitu pendidikan konfluen,kritikisme,radikal dan
mistikisme modern. (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997:86)
Menurut
Zaenal Arifin (2001:133) kurikulum humanistik bersifat child-cebtred (berpusat
pada anak didik) yang menekankan ekspresi diri secara kreatif individualis, dan
aktivitas pertumbuhan dari dalam, bebas paksaan dari luar. Menurut Mc.Neil
ciri-ciri kurikulum humanistik adalah:
a.
Partisipasi, artinya peserta didik terlibat secara aktif
merundingkan apa yang akan dipelajari.
b.
Integrasi,
artinya ada interpenetrasi dan integrasi antara pikiran, perasaan dan tindakan
(kognitif, efektif, dan psikomotor).
c. Relevansi, artinya terdapat
kesesuaian antara materi pelajaran dan kebutuhan pokok serta kehidupan anak
ditinjau dari segi emosi dan intelektual.
d. Diri anak, merupakan sasaran utama yang
harus dipelajari agar anak dapat mengenal dirinya.
e. Tujuan, yaitu mengembangkan diri anak
sebagai suatu keseluruhan (Pribadi yang utuh) dalam masyarakat.
Sedangkan ditinjau dari kerangka dasar
kurikum, konsep kurikulum humanistik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
·
Tujuan
pendidikan, yaitu mengembangkan pribadi yang utuh dan dinamis.
·
Materi,
yaitu menyediakan pengalaman yang berharga bagi setiap anak yang dapat membantu
pertumbuhan dan perkembangan pribadinya secara utuh, membantu anak menemukan
dan mengaktualisasikan diri, yang berkenaan dengan intelektual, emosional
maupun performance.
·
Proses,
yaitu terbangunnya emosional yang kondusif antara guru dan siswa.
·
Evaluasi,
yaitu lebih mengutamakan proses daripada hasil, karena itu sifatnya subjektif,
baik dari guru maupun siswa.
3. Konsep
Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Konsep kurikulum ini lebih memusatkan
perhatiannya pada problema-problema yang dihadapi dalam masyarakat, kurikulum
ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka
pendidikan bukanlah merupakan upaya sendiri, tetapi merupakan kegiatan bersama,
interaksi, dan kerjasama. Melalui interaksi dan kerjasama ini peserta didik
berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju
pembentukan masyarakat yang lebih baik. Sekolah bukan hanya dapat membantu
bagaimana berpartisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan sosial.
Menurut
Nana Syaodih Sukmadinata (1997:92), kurikulum rekonstruksi sosial memiliki
desain kurikulum yang berbeda dengan model kurikulum lain, beberapa ciri dari
kurikulum ini adalah:
a. Asumsi,
tujuan utama dari kurikulum ini adalah menghadapkan para peserta didik pada
tantangan-tantangan, ancaman-ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan
yang dihadapi manusia.
b. Kegiatan
belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial mendesak.
c. Pola-pola
organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda, di tengah-tengahnya sebagai
poros dipilih suatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno.
Kurikulum Rekonstruksi Sosial memiliki
komponen-komponen yang sama dengan model kurikulum yang lain, tetapi isi
dibentuk berbeda, diantaranya sebagai berikut:
·
Tujuan
dan isi, setiap tahun program pendidikan mempunyai tujuan yang berbeda
disesuaikan dengan masalah sosial yang ada di suatu tempat.
·
Metode,
dalam pembelajaran rekonstruksi sosial pengembang berusaha mencari keselarasan
antara tujuan nasional dengan tujuan peserta didik.
·
Evaluasi,
para peserta didik juga dilibatkan, keterlibatan para peserta didik terutama
dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan.
4. Konsep
kurikulum Teknologis (kompetensi)
Kompetensi
dapat didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai
yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Perkembangan teknologi
mempengaruhi setiap bidang dan aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan.
Sejak dahulu teknologi telah diterapkan dalam pendidikan, tetapi yang digunakan
adalah teknologi sederhana seperti penggunaan papan tulis dan kapur, pena dan
tinta, sabak dan grib, dan lain-lain. Dewasa ini sesuai dengan tahap
perkembangannya yang digunakan adalah teknologi maju, seperti audio dan video cassette, overhead
projektor, film slide
dan motion film, mesin
pembelajaran, computer, CD-Room, and internet.
Ada beberapa ciri dari kurikulum
kompetensi yang dikembangkan dari konsep tehnologi pendidikan, yaitu:
a. Tujuan
diarahkan pada penguasaan kemampuan akademik, kemampuan vokasional, kemampuan
pribadi yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi.
b. Metode
yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi
terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi respons yang
diharapkan, respons tersebut diperkuat.
c. Bahan
ajar atau kompetensi yang luas atau besar dirinci bagian-bagian atau sub
kompetensi yang lebih kecil, yang menggambarkan obyektif.
d. Evaluasi
dilaksanakan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu unit, ataupun
semester. Fungsi dari evaluasi ini adalah sebagai umpan balik bagi peserta
didik dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran, sebagai umpan
balik bagi peserta didik pada akhir suatu program atau semester, juga dapat
menjadi umpan balik bagi guru dan pengembangan kurikulum untuk penyempurnaan
kurikulum.
BAB III
KESIMPULAN
Konsep kurikulum adalah
rancangan dari sebuah ide atau gagasan yang masih dalam bentuk abstrak yang
akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku berdasar pertimbangan
isi, tujuan, materi, metode, sistem dan pelaksanaan kurikulum.
Model konsep
kurikulum muncul sebagai implikasi dari adanya berbagai aliran dalam
pendidikan, karena kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori
pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa
teori kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan.
Model Konsep kurikulum ada 4, yaitu: : (1) konsep kurikulum subjek akademik, (2) konsep kurikulum humanistik,
(3) konsep kurikulum rekonstruksi sosial, (4) konsep kurikulum teknologis
(kompetensi).
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. Pengembangan
Kurikulum Di Sekolah. Bandung: CV Sinar Baru Offset, 1992.
Arifin, Zainal. Pendekatan
Dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset,
2001.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi
Aksara, 2001.
Pradibto, Dedy. Belajar Sejati Versus Kurikulum Nasional. Yogyakarta:
Kanisius, 2007.
Sukmadinata, Nana
Syaodih. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset,
1997.
http://www.untukku.com/artikel-untukku/pengertian-konsep-untukku.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar