Senin, 14 Mei 2012

Pengembangan Kurikulum PAI


KONSEP KURIKULUM
MAKALAH
Dibuat dan Dipersentasikan Sebagai Salah Satu Tugas Kelompok
Pada Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum PAI
Dosen
H. Uce Affandi, S.Pd.I, MM.Pd.I
Oleh :
1.      Karina Noviyanti
2.      Lia Sri Mulyana
3.      Fenni Finawati
4.      Eki Agustin
5.      Desi Irma Yuliani
6.      Evi Rahmawati
7.      Nur Ayilla Twilanda

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUKABUMI
2011 M / 1433 H
KATA PENGANTAR
 

Bismillahirahmanirrahim,
Segala puji hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasulullah terakhir yang diutus dengan membawa syari’ah yang mudah, penuh rahmat, dan membawa keselamatan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Makalah berjudul Konsep Kurikulum ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Pengembangan Kurikulum PAI. Kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada agar makalah ini dapat tersusun sesuai harapan.
Sesuai dengan fitrahnya, manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan, maka dalam makalah yang kami susun ini pun belum mencapai tahap kesempurnaan.
Kami sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, khususnya kepada Bapak H. Uce Affandi, S.Pd.I, MM.Pd.I, yang telah memberikan tugas makalah ini. Dan umumnya kepada rekan-rekan yang telah memberikan motivasi dalam bentuk moril maupun materiil.
Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat, dan semoga amal ibadah serta kerja keras kita, senantiasa mendapat ridho dan ampunan dari-Nya. Amin.


                                                                                    Sukabumi,  Maret 2012
                                                                       
Penulis
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR .....................................................................................      i
DAFTAR ISI .....................................................................................................     ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah....................................................................     1
B.     Rumusan Masalah .............................................................................     2
C.     Tujuan................................................................................................     2

BAB II PEMBAHASAN
A.    Riwayat Hidup dan Pemikiraan Sayid Ahmad Khan .......................     3           
B.  Riwayat Hidup dan Pemikiran Sayid Amir Ali ................................     7
BAB III KESIMPULAN...................................................................................   11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................   12







BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Kurikulum sebagai salah satu variabel pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana diungkapkan Nana Syaodih (1999:5), kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, serta sebagai penentu arah, isi, dan proses pendidikan,  yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan.
Dalam kehidupan yang penuh kompetensi, tuntutan masyarakat terhadap kualitas semakin tinggi. Hal ini dikarenakan masyarakat yakin sekolah mampu menjawab dan mengantisipasi tantangan masa depan. Dalam konteks inilah beberapa sekolah berupaya menerapkan konsep kurikulum sekolah yang berbeda dengan sekolah lain dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolahnya masing-masing.
Kurikulum sebagai variabel sekaligus sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan logis oleh sekolah guna mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum sebagai program belajar adalah niat, rencana, atau harapan. Oleh karena itu dapat pula dikatakan bahwa kurikulum adalah hasil belajar yang diniati.
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan konsep-konsep yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada konsep yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Untuk itu, dalam lembaga pendidikan yang namanya konsep sangatlah penting karena konsep pelaksanaan kurikulum memberi petunjuk bagaimana kurikulum itu dapat dilaksanakan di sekolah. Dengan demikian kurikulum ini masih tahap rencana,ide, atau harapan, yang harus diwujudkan di suatu lembaga sekolah, sehingga kurikulum tersebut mampu mengantarkan anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, terdapat beberapa konsep kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan konsep kurikulum?
2.      Deskripsikan latar belakang munculnya berbagai macam konsep kurikulum?
3.      Sebutkan model konsep kurikulum?

C.    Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah agar para mahasiswa diharapkan dapat:
1.      Menjelaskan apa yang dimaksud dengan konsep kurikulum.
2.      Mendeskripsikan latar belakang munculnya berbagai macam konsep kurikulum.
3.      Menyebutkan model konsep kurikulum.















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Konsep Kurikulum
Konsep Kurikulum terdiri dari dua kata, yaitu konsep dan kurikulum, yang masing-masing memiliki arti kata yang berbeda. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep berarti rancangan, ide, atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret. Sedangkan kurikulum berarti perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan.
Berikut definisi konsep menurut para ahli:
v  Woodruf, konsep adalah suatu gagasan atau ide yang relatif sempurna dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek atau benda). Pada tingkat konkrit, konsep merupakan suatu gambaran mental dari beberapa objek atau kejadian yang sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan komplek, konsep merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman dengan objek atau kejadian tertentu.
v  Soedjadi, konsep adalah ide abstrak yang digunakan untuk mengadakan klasifikasi, pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata.
v  Bahri, konsep adalah satuan ahli yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri yang sama.
v  W. Gulo, Konsep merupakan bahan baku ilmu pengetahuan, adalah sesuatu yang abstrak tetapi menunjuk pada sesuatu yang konkret.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa konsep adalah sebuah rancangan dari sebuah ide atau gagasan yang masih dalam bentuk abstrak yang akan diaplikasikan dalam bentuk pelaksanaan sehingga menjadi konkret.
Sedangkan Kurikulum secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang berarti pelari dan curere yang artinya tempat berpacu. Dengan demikian istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi kuno di Yunani, yang mengandung pengertian jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.
Menurut Dedy Pradibto (2007:210), kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan.
Menurut yang berpandangan tradisional, kurikulum ialah sejumlah pelajaran yang harus ditempuh siswa di suatu sekolah. Sedangkan menurut yang berpandangan modern, kurikulum lebih dari sekedar rencana pembelajaran, kurikulum dianggap sebagai sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Berikut definisi kurikulum menurut para ahli:
v  Macdonald, kurikulum adalah pernyataan mengenai tujuan.
v  Nunan, kurikulum adalah semua kegiatan yang dalam kegiatan-kegiatan tersebut para siswa terlibat secara aktif dalam aturan sekolah yang meliputi apa yang dipelajari siswa, bagaimana mereka belajarnya, bagaimana guru membantu mereka dalam belajar, materi apa yang digunakan, dengan menggunakan gaya dan metode penilaian yang bagaimana serta fasilitas apa yang digunakan untuk mendukung berjalannya semua kegiatan tersebut.
v  Tanner&Tanner, kurikulum adalah suatu rencana tertulis.
v  Richards, kurikulum adalah kegiatan yang esensial karena kegiatan tersebut mencoba menelaah bagaimana meningkatkan kualitas pengajaran melalui penggunaan perencanaan, pengembangan, penelaahan dan pelaksanaan dalam semua aspek program secara sistematis.
v  Saylor&Alexander, kurikulum adalah pengalaman nyata yang dialami peserta didik dengan bimbingan sekolah.
v  Olivia, kurikulum adalah perangkat pendidikan yang merupakan jawaban atas kebutuhan dan tantangan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep kurikulum adalah rancangan dari sebuah ide atau gagasan yang masih dalam bentuk abstrak yang akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku berdasarkan pertimbangan isi, tujuan, materi, metode, sistem dan pelaksanaan kurikulum tersebut.

B.     Latar Belakang Munculnya berbagai Macam Konsep Kurikulum
Model konsep kurikulum muncul sebagai implikasi dari adanya berbagai aliran dalam pendidikan, karena kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan. Nana Syaodih (1997) mengemukakan empat teori pendidikan, yaitu:
1.      Pendidikan Klasik
Aliran pendidikan klasik-tradisional yang melahirkan konsep kurikulum rasionalisasi atau subjek akademis. Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti perenialisme, essensialisme, dan eksistensialisme dan memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis.
Faktanya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas dari pendidik. Pendidikan klasik menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum subjek akademis, yaitu kurikulum yang bertujuan memberikan pengetahuan yang solid serta melatih peserta didik menggunakan ide-ide dan proses penelitian, melalui metode ekspositori dan inkuiri.
2.      Pendidikan Pribadi
Aliran pendidikan pribadi melahirkan konsep kurikulum aktualisasi diri atau humanistik. Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.
Teori ini memiliki dua aliran yaitu pendidikan progresif dan pendidikan romantik. Pendidikan progresif dengan tokoh pendahulunya adalah Francis Parker dan John Dewey, memandang bahwa peserta didik merupakan satu kesatuan yang utuh. Materi pengajaran berasal dari pengalaman peserta didik sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia merefleksi terhadap masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. Berkat refleksinya itu, ia dapat memahami dan menggunakannya bagi kehidupan. Pendidik lebih merupakan ahli dalam metodologi dan membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing.
Pendidikan romantik berpangkal dari pemikiran-pemikiran J.J. Rouseau tentang tabula rasa, yang memandang setiap individu dalam keadaan fitrah, memiliki nurani kejujuran, kebenaran dan ketulusan. Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis).
3.      Pendidikan Interaksional
Aliran pendidikan interaksionis melahirkan konsep kurikulum rekontruksi sosial. Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi.
Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru. Lebih dari itu, interaksi ini juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi ini terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta. Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial.
Pendidikan interaksional menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum rekonstruksi sosial, yaitu model kurikulum yang memiliki tujuan utama menghadapkan para peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Peserta didik didorong untuk mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial yang mendesak (crucial) dan bekerja sama untuk memecahkannya.
4.      Pendidikan Teknologi
Aliran pendidikan teknologis melahirkoan konsep kurikulum teknologi. Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam tekonologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama. Dalam konsep pendidikan teknologi, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus.
Isi pendidikan berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan vocational . Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara individual. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat.
Guru berfungsi sebagai direktur belajar (director of learning), lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan. Teknologi pendidikan menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum teknologis, yaitu model kurikulum yang bertujuan memberikan penguasaan kompetensi bagi para peserta didik, melalui metode pembelajaran individual, media buku atau pun elektronik, sehingga mereka dapat menguasai keterampilan-keterampilan dasar tertentu.

C.    Model Konsep Kurikulum
Menurut Zaenal Arifin (2001:127), model konsep kurikulum tidak terlepas dari apa yang dikemukakan Hilda Tiba dalam bukunya Curriculum Devolepment Theory and Practice, bahwa terdapat tida fungsi kurikulum, yaitu:
v  sebagai transmisi, yaitu mewarisi nilai-nilai budaya, dapat direalisasikan melalui konsep kurikulum subjek akademik.
v  sebagai transformasi, yaitu melakukan perubahan dan rekontruksi sosial, dapat diwujudkan melalui konsep kurikulum rekontruksi sosial.
v  sebagai pengembangan individu, dapat direfleksikan melalui konsep kurikulum humanistik (aktualisasi diri).
Menurut Moh Ali, (1992:10) kurikulum sebagai suatu rencana yang menjadi panduan dalam menjalankan roda proses pendidikan di sekolah akan mempunyai bentuk yang berbeda-beda sebagai akibat dipegangnya konsep tentang fungsi pendidikan itu. Oleh sebab konsep tentang fungsi pendidikan itu bermacam-macam, maka konsep kurikulum pun bermacam-macam pula. McNeil (1981), mengkategorikan konsep kurikulum ini ke dalam empat macam, yaitu:
1.      Konsep Kurikulum Subjek Akademik
Kurikulum ini merupakan model konsep kurikulum yang paling tua, sejak sekolah yang pertama dulu berdiri. Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu. Penyusunannya relatif mudah, praktis, dan mudah digabungkan dengan model konsep yang lain. Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik, perenialisme (kurikulum berfokus pada pengembangan diri) dan esensialisme (kurikulum berfokus pada keterampilan penting), yang berorientasi pada masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai telah ditentukan oleh pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi yang baru.
Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan, belajar adalah berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagaian besar pendidikan yang diberikan oleh guru. (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997:81) Jadi seorang guru harus berhati-hati dalam bertindak dan harus menjadi teladan bagi murid-muridnya, karena ucapan dan tindakan guru akan dicontoh oleh murid-muridnya sebagaimana dalam pepatah jawa bahwa guru adalah digugu dan ditiru.
Menurut Moh Ali, (1992:14) konsep kurikulum akademis melahirkan bentuk-bentuk kurikulum yang berorientasi pada mata pelajaran. Bahan-bahan mata pelajaran yang menjadi kurikulum diseleksi dari disiplin-disiplin ilmu terkait yang dipandang dapat mengembangkan proses kognitif. Bentuk lain dari kurikulum yang lahir berdasarkan konsep kurikulum akademis adalah kurikulum inti atau core curriculum. Kurikulum ini berisi mata pelajaran dan bahan pelajaran yang bersifat fundamental, dan dianggap paling penting untuk dikuasai setiap siswa.
Menurut Arifin (2001:129), ditinjau dari kerangka dasar kurikulum, konsep kurikulum subjek akademik memiliki karateristik tertentu, antara lain:
a.       Tujuan, yaitu mengembangkan kemampuan intelektual anak melalui penguasaan disiplin ilmu. Dengan pengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu, para siswa diharapkan memiliki konsep-konsep dan cara-cara yang dapat terus dikembangkan dalam masyarakat yang lebih luas. Sekolah harus memberikan banyak kesempatan kepada para siswa untuk merealisasikan kemampuan mereka untuk menguasai warisan budaya.
b.      Isi atau materi, yaitu mengambil dari berbagai disiplin ilmu yang telah disusun oleh para ahli lalu diorganisasikan sesuai kebutuhan pendidikan. Pola organisasi materi yang digunakan dalam kurikulum subjek akademik adalah:
·         Correlatet curriculum adalah konsep yang dipelajari dalam satu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran lainnya.
·         Unifiet atau Concentrated curriculum adalah bahan pelajaran yang tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencakup materi dari berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu.
·         Integrated curriculum adalah bahan ajar yang diintegrasikan dalam suatu persoalan, kegiatan atau segi kehidupan tertentu.
·         Problem solving curriculum adalah topik pemecahan masalah sosial dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu.
c.       Metode, metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum subjek akademik adalah metode eksposotori dan inkuiri.
d.      Evaluasi, yaitu menggunakan jenis dan bentuk evaluasi yang bervariasi.
Konsep kurikulum ini mendapat kritikan tajam dari berbagai aliran pendidikan yang lain. Kritikan tersebut sekaligus menunjukkan kelemahan konsep kurikulum ini, yaitu:
Ø  Terlalu menonjolkan domain kognitif-akademis sehingga domain afektif, psikomotor, sosial, emosional menjadi terabaikan;
Ø  Konsep yang dikembangkan para ahli belum tentu sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik;
Ø  Tidak semua siswa dapat memahami dan menggunakan metode ilmiah;
Ø  Tidak semua anak-anak menjadi ilmuwan profesional;
Ø  guru tidak atau jarang terlibat dalam penelitian.
2.      Konsep Kurikulum Humanistik
Konsep kurikulum ini dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi yaitu John Mewey dan J.J. Rousseau, yang lebih menekankan pada pengembangan kepribadian peserta didik secara utuh dan seimbang antara perkembangan segi intelektual, afektif, dan psikomotor. Kurikulum ini menekankan pengembangan dan kemampuan dengan memperhatikan minat dan kebutuhan peseta didik dan pembelajarannya berpusat pada peserta didik. Pembelajaran segi-segi sosial, moral, dan afektif mendapat perhatian utama dalam model kurikulum ini. 
Mereka percaya bahwa siswa mempunyai potensi, punya kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Para pendidik humanistik juga berpegang pada konsep Psikologi Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan pada membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi sosial dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai dll). Dalam hal ini ada beberapa aliran dalam pendidikan humanistik yaitu pendidikan konfluen,kritikisme,radikal dan mistikisme modern. (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997:86)
Menurut Zaenal Arifin (2001:133) kurikulum humanistik bersifat child-cebtred (berpusat pada anak didik) yang menekankan ekspresi diri secara kreatif individualis, dan aktivitas pertumbuhan dari dalam, bebas paksaan dari luar. Menurut Mc.Neil ciri-ciri kurikulum humanistik adalah:
a.       Partisipasi, artinya peserta didik terlibat secara aktif merundingkan apa yang akan dipelajari.
b.      Integrasi, artinya ada interpenetrasi dan integrasi antara pikiran, perasaan dan tindakan (kognitif, efektif, dan psikomotor).
c.       Relevansi, artinya terdapat kesesuaian antara materi pelajaran dan kebutuhan pokok serta kehidupan anak ditinjau dari segi emosi dan intelektual.
d.      Diri anak, merupakan sasaran utama yang harus dipelajari agar anak dapat mengenal dirinya.
e.       Tujuan, yaitu mengembangkan diri anak sebagai suatu keseluruhan (Pribadi yang utuh) dalam masyarakat.
Sedangkan ditinjau dari kerangka dasar kurikum, konsep kurikulum humanistik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
·         Tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan pribadi yang utuh dan dinamis.
·         Materi, yaitu menyediakan pengalaman yang berharga bagi setiap anak yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadinya secara utuh, membantu anak menemukan dan mengaktualisasikan diri, yang berkenaan dengan intelektual, emosional maupun performance.
·         Proses, yaitu terbangunnya emosional yang kondusif antara guru dan siswa.
·         Evaluasi, yaitu lebih mengutamakan proses daripada hasil, karena itu sifatnya subjektif, baik dari guru maupun siswa.
3.      Konsep Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Konsep kurikulum ini lebih memusatkan perhatiannya pada problema-problema yang dihadapi dalam masyarakat, kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukanlah merupakan upaya sendiri, tetapi merupakan kegiatan bersama, interaksi, dan kerjasama. Melalui interaksi dan kerjasama ini peserta didik berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik. Sekolah bukan hanya dapat membantu bagaimana berpartisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan sosial.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (1997:92), kurikulum rekonstruksi sosial memiliki desain kurikulum yang berbeda dengan model kurikulum lain, beberapa ciri dari kurikulum ini adalah:
a.       Asumsi, tujuan utama dari kurikulum ini adalah menghadapkan para peserta didik pada tantangan-tantangan, ancaman-ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia.
b.      Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial mendesak.
c.       Pola-pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda, di tengah-tengahnya sebagai poros dipilih suatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno.
Kurikulum Rekonstruksi Sosial memiliki komponen-komponen yang sama dengan model kurikulum yang lain, tetapi isi dibentuk berbeda, diantaranya sebagai berikut:
·         Tujuan dan isi, setiap tahun program pendidikan mempunyai tujuan yang berbeda disesuaikan dengan masalah sosial yang ada di suatu tempat.
·         Metode, dalam pembelajaran rekonstruksi sosial pengembang berusaha mencari keselarasan antara tujuan nasional dengan tujuan peserta didik.
·         Evaluasi, para peserta didik juga dilibatkan, keterlibatan para peserta didik terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan.
4.      Konsep kurikulum Teknologis (kompetensi)
Kompetensi dapat didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Perkembangan teknologi mempengaruhi setiap bidang dan aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Sejak dahulu teknologi telah diterapkan dalam pendidikan, tetapi yang digunakan adalah teknologi sederhana seperti penggunaan papan tulis dan kapur, pena dan tinta, sabak dan grib, dan lain-lain. Dewasa ini sesuai dengan tahap perkembangannya yang digunakan adalah teknologi maju, seperti audio dan video cassette, overhead projektor, film slide dan motion film, mesin pembelajaran, computer, CD-Room, and internet.
Ada beberapa ciri dari kurikulum kompetensi yang dikembangkan dari konsep tehnologi pendidikan, yaitu:
a.       Tujuan diarahkan pada penguasaan kemampuan akademik, kemampuan vokasional, kemampuan pribadi yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi.
b.      Metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi respons yang diharapkan, respons tersebut diperkuat.
c.       Bahan ajar atau kompetensi yang luas atau besar dirinci bagian-bagian atau sub kompetensi yang lebih kecil, yang menggambarkan obyektif.
d.      Evaluasi dilaksanakan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu unit, ataupun semester. Fungsi dari evaluasi ini adalah sebagai umpan balik bagi peserta didik dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran, sebagai umpan balik bagi peserta didik pada akhir suatu program atau semester, juga dapat menjadi umpan balik bagi guru dan pengembangan kurikulum untuk penyempurnaan kurikulum.







BAB III
KESIMPULAN

Konsep kurikulum adalah rancangan dari sebuah ide atau gagasan yang masih dalam bentuk abstrak yang akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku berdasar pertimbangan isi, tujuan, materi, metode, sistem dan pelaksanaan kurikulum.
Model konsep kurikulum muncul sebagai implikasi dari adanya berbagai aliran dalam pendidikan, karena kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan.
Model Konsep kurikulum ada 4, yaitu: : (1) konsep kurikulum subjek akademik, (2) konsep kurikulum humanistik, (3) konsep kurikulum rekonstruksi sosial, (4) konsep kurikulum teknologis (kompetensi).









DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad. Pengembangan Kurikulum Di Sekolah. Bandung: CV Sinar Baru Offset, 1992.

Arifin, Zainal. Pendekatan Dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2001.

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2001.

Pradibto, Dedy. Belajar Sejati Versus Kurikulum Nasional. Yogyakarta: Kanisius, 2007.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1997.

http://www.untukku.com/artikel-untukku/pengertian-konsep-untukku.html







Tidak ada komentar:

Posting Komentar