MAKALAH
Dibuat dan Dipresentasikan Sebagai Salah
Satu Tugas Kelompok Pada
Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen
Iis Herawati, S.Pd.I., M.M.Pd
Oleh :
Kelompok 3
1. Evi
Rahmawati
2. Karina Noviyanti
3. Nurul
Hasanah
4. Siti
Rahmatul Ummah
5. Lia
Sri Mulyana
6. Asep
Firmanyah
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUKABUMI
2011 M / 1432 H
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim,
Segala puji
hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasulullah terakhir yang diutus dengan
membawa syari’ah yang mudah, penuh rahmat, dan membawa keselamatan dalam
kehidupan dunia dan akhirat.
Makalah berjudul Kesulitan
Belajar ini disusun untuk
memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah psikologi pendidikan. Kami telah berusaha semaksimal mungkin
sesuai dengan kemampuan yang ada agar makalah ini dapat tersusun sesuai
harapan.
Sesuai dengan fitrahnya,
manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang tak luput dari kesalahan dan
kekhilafan, maka dalam makalah yang kami susun ini pun belum mencapai tahap
kesempurnaan.
Kami
sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam proses
penyelesaian makalah ini, khususnya kepada Ibu Iis Herawati, S.Pd.I., M.M.Pd yang telah memberikan tugas makalah ini. Dan
umumnya kepada rekan-rekan yang telah memberikan motivasi dalam bentuk moril
maupun materiil.
Mudah-mudahan makalah ini
dapat memberikan manfaat, dan semoga amal ibadah serta kerja keras kita,
senantiasa mendapat ridho dan ampunan dari-Nya. Amin.
Sukabumi, Mei 2011
Penulis
i
|
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR
ISI ..................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C.
Tujuan................................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Kesulitan Belajar ............................................................................... 3
1.
Pengertian Kesulitan Belajar ....................................................... 3
2.
Gejala-Gejala Kesulitan Belajar .................................................. 4
3.
Faktor-Faktor Kesulitan Belajar ................................................. 4
4.
Cara Mengatasi Kesulitan Belajar ............................................... 5
B. Lupa dan Kejenuhan Belajar ............................................................. 8
1.
Lupa dalam Belajar ..................................................................... 8
a. Faktor-Faktor
Penyebab Lupa .............................................. 8
b. Kiat
Mengurangi Lupa dalam Belajar....................................
9
2.
Kejenuhan Belajar ....................................................................... 10
a.
Faktor Penyebab Kejenuhan Belajar ..................................... 10
b.
Kiat Mengatasi Kejenuhan Belajar ....................................... 11
BAB
III KESIMPULAN................................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................... 14
ii
|
ii
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh
peluang untuk mencapai kinerja akademik (academic
performance) yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas
bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan
fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang
sangat mencolok antara siswa yang satu dengan siswa lainnya.
Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di
sekolah-sekolah kita pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang
berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau yang
berkemampuan kurang terabaikan. Dengan demikian, siswa-siswa yang berkategori
“di luar rata-rata” (sangat pintar dan sangat bodoh) itu tidak mendapatkan
kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Dari sini
maka timbullah apa yang disebut kesulitan belajar (learning difficulty) yang
tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh
siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu kesulitan belajar juga dapat dialami
oleh siswa yang berkemampuan rata-rata disebabkan oleh faktor-faktor tertentu
yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami
bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Jelaskan pengertian kesulitan belajar?
2.
Sebutkan gejala-gejala kesulitan belajar?
3.
Sebutkan faktor-faktor kesulitan belajar?
4.
Jelaskan cara mengatasi kesulitan belajar?
5.
1
|
6.
Sebutkan faktor-faktor penyebab lupa?
7.
Bagaimana kiat mengurangi lupa dalam belajar?
8.
Apa yang dimaksud dengan kejenuhan belajar?
9.
Sebutkan faktor penyebab kejenuhan belajar?
10. Bagaimana kiat mengatasi kejenuhan belajar?
C. Tujuan
Adapun tujuan
makalah ini adalah agar para mahasiswa diharapkan dapat:
1.
Menjelaskan pengertian kesulitan belajar.
2.
Menyebutkan gejala-gejala kesulitan belajar.
3.
Menyebutkan faktor-faktor kesulitan belajar.
4.
Menjelaskan cara mengatasi kesulitan belajar.
5.
Mengemukakan pengertian lupa dalam belajar.
6.
Menyebutkan faktor-faktor penyebab lupa.
7.
Memaparkan kiat-kiat mengurangi lupa dalam belajar.
8.
Mengemukakan pengertian kejenuhan belajar.
9.
Menyebutkan faktor penyebab kejenuhan belajar.
10. Memaparkan
kiat-kiat mengatasi kejenuhan belajar.
2
|
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesulitan Belajar
1. Pengertian Kesulitan Belajar
Menurut Drs. H. M. Alisuf Sabri (2010:88), kesulitan
belajar diartikan sebagai kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap
pelajaran di sekolah. Jadi kesulitan belajar yang dihadapi siswa ini terjadi
pada waktu mengikuti pelajaran yang disampaikan atau ditugaskan oleh guru.
Kesulitan belajar siswa ini jangan dibiarkan
berlarut-larut oleh guru, tetapi harus segera diketahui dan diatasi oleh guru,
tentunya berdasarkan gejala-gejala yang tampak pada diri siswa yang mengalami
kesulitan belajar.
Kesulitan
belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya:
·
Learning Disorder (kekacauan
belajar) adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena
timbulnya respons yang bertentangan.
·
Learning Disfunction merupakan
gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik,
meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas
mental, gangguan alat indera, atau gangguan psikologis lainnya.
·
Under Achiever mengacu
kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang
tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
·
Slow Learner (lambat
belajar) adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan
waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf
potensi intelektual yang sama.
·
Learning Disabilities (ketidakmampuan
belajar) mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari
belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
3
|
2. Gejala-Gejala Kesulitan Belajar
Gejala-gejala yang menunjukkan adanya kesulitan
belajar dapat diamati dalam berbagai bentuk. Ia dapat muncul dalam bentuk
perilaku yang menyimpang atau menurunnya hasil belajar. Perilaku yang
menyimpang juga muncul dalam berbagai bentuk seperti: kesukaan berteriak-teriak
di dalam kelas, suka mengganggu teman, sukar memusatkan perhatian, sering
termenung, hiperaktif, sering membolos.
Meskipun perilaku menyimpang dapat merupakan indikasi
adanya kesulitan belajar, namun tidak semua perilaku menyimpang dapat disamakan
dengan munculnya kesulitan belajar.
Menurunnya hasil belajar merupakan gejala kesulitan
belajar yang paling jelas. Menurunnya hasil belajar ini dapat dilihat dari
rendahnya hasil latihan, tugas rumah serta ulangan yang ditandai dengan diperolehnya
nilai-nilai yang rendah. Nilai-nilai rendah yang dicapai siswa inilah yang
dapat dijadikan indikator yang kuat tentang adanya kesulitan belajar yang
dihadapi siswa.
3. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar
Secara umum, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan
belajar itu terdiri atas dua macam, yaitu:
1.
Faktor Intern Siswa
Yakni hal-hal atau
keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. Faktor intern siswa
meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, diantaranya:
a.
yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain
seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa;
b.
yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti
labilnya emosi dan sikap;
c.
yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain
seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan
telinga).
2.
4
|
Yakni hal-hal atau
keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa. Faktor ekstern siswa meliputi
semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas
belajar siswa, diantaranya:
a.
Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan
hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b.
Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah
perkampungan kumuh, dan teman sepermainan yang nakal.
c.
Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung
sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar
yang berkualitas rendah.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada
juga faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar pada siswa,
yaitu faktor khusus seperti sindrom psikologis berupa “learning disability” (ketidakmampuan belajar). Sindrom yang
berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis
(Reber, 1988) yang menimbulkan kesulitan belajar itu.
v
Disleksia (dyslexia),
yakni ketidakmampuan belajar membaca.
v
Disgrafia (dysgraphia),
yakni ketidakmampuan belajar menulis.
v
Diskalkulia (dyscalculia),
yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Akan tetapi, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas
secara umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan diantaranya ada
yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar
siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya
minimal brain dysfunction, yaitu
gangguan ringan pada otak (Lask, 1985: Reber, 1988).
4. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar
5
|
Pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar tersebut harus
berlangsung secara sistematis dan terarah melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
1)
Mengidentifikasi Adanya Kesulitan Belajar
Pada langkah pertama
ini guru harus melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat)
terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang
melanda siswa tersebut. Menetapkan untuk memastikan adanya kesulitan belajar
tersebut tidak boleh berdasarkan naluri belaka, tetapi harus berdasarkan pada
pengetahuan dan pengalaman.
Dalam melakukan
diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas langkah-langkah tertentu
yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang
dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai “diagnostik” kesulitan
belajar.
Banyak langkah
diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah
prosedur Weener&Senf (1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) sebagai
berikut:
a)
Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku
menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.
b)
Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya
yang diduga mengalami kesulitan belajar.
c)
Mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui
hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
d)
Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu
untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
e)
Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya
kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.
2)
Menelaah/Menetapkan Status Siswa
6
|
·
Dengan membandingkan hasil pencapaian/penguasaan
TIK (Tujuan Instruksional Khusus) hasil belajar siswa dengan TIK yang
ditargetkan untuk dicapai oleh siswa. Dengan cara ini dapat ditetapkan
bagian-bagian mana atau hal-hal apa saja dari konsep atau materi pelajaran yang
disampaikan guru yang sulit dikuasai oleh masing-masing siswa.
·
Dengan menetapkan bentuk kesulitan mereka dalam
proses belajarnya; apakah sumber kesulitan tersebut terjadi pada waktu menerima
atau pada waktu menyerap pelajaran.
3)
Memperhatikan Sebab Terjadinya Kesulitan
Pada tahap ketiga
ini, guru harus berupaya untuk memperkirakan sebab timbulnya kesulitan belajar
tersebut, yaitu dengan menggunakan alat diagnostik kesulitan belajar. Alat
tersebut dapat berupa tes diagnostik dan tes-tes untuk mengukur kemampuan
intelegensi, kemampuan mengingat, kemampuan alat indera dan sebagainya yang erat
kaitannya dengan proses belajar.
Berdasarkan
informasi dari hasil tes tersebut dapat ditetapkan penebab kesulitan belajar,
apakah karena alat inderanya kurang baik; ingatannya lemah; kecerdasannya
kurang; kuranmg matang untuk belajar karena kurang menguasai konsep dasar yang
dipelajari; kurang motivasi dan sebagainya.
4)
Mengadakan Perbaikan
7
|
B. Lupa dan Kejenuhan Belajar
1. Lupa dalam Belajar
Dari pengalaman sehari-hari, kita memiliki kesan
seakan-akan apa yang kita alami dan kita pelajari tidak seluruhnya tersimpan
dalam akal kita. Padahal menurut teori kognitif apapun yang kita alami dan kita
pelajari kalau memang sistem akal kita mengolahnya dengan cara yang memadai,
semuanya akan tersimpan dalam subsistem akal permanen kita.
Akan tetapi, kenyataan yang kita alami terasa bertolak
belakang dengan teori itu. Seringkali terjadi, apa yang telah kita pelajari
dengan tekun justru sukar diingat kembali dan mudah terlupakan. Sebaliknya,
tidak sedikit pengalaman dan pelajaran yang kita tekuni sepintas lalu mudah
melekat dalam ingatan.
Lupa (forgetting)
ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang
sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988)
mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang
pernah dipelajari atau dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa
hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
a. Faktor-Faktor Penyebab Lupa
1)
Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara
item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa.
2)
Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya
tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja maupun tidak.
3)
Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi
lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengiungat kembali (Anderson,
1990).
4)
8
|
5)
Menurut law of disuse (Hilgard&Bower
1975), lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak
pernah digunakan atau dihafalkan oleh siswa.
6)
Lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat
syaraf otak.
b. Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar
Kiat terbaik untuk
mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa. Banyak
ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya, antara
lain menurut Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990), adalah sebagai
berikut:
Ø
Overlearning
(belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas
materi pelajaran tertentu.
Ø
Extra
study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu
belajar atau penambahan frekuensi aktivitas belajar.
Ø
Mnemonic
device (muslihat memori) berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait”
mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal siswa.
Ø
Clustering
(pengelompokkan) ialah menata ulang item-item materi menjadi
kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item
tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
Ø
Distributed
practice (latihan terbagi) berarti siswa melakukan latihan-latihan dengan
alokasi waktu yang pendek dan dipisah-pisahkan di antara waktu-waktu istirahat.
Ø
9
|
2. Kejenuhan Belajar
Secara harfiah, arti kejenuhan ialah padat atau penuh
sehingga tidak mampu lagi memuat apapun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti
jemu atau bosan. Peristiwa jenuh ini kalau dialami seorang siswa yang sedang
dalam proses belajar dapat membuat siswa tersebut merasa telah memubazirkan
usahanya.
Kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan
untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil (Reber, 1988). Seorang siswa yang sedang dalam keadaan jenuh
sistem akalnya tak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses
item-item informasi atau pengalaman baru, sehingga kemajuan belajarnya
seakan-akan “jalan di tempat”.
Kejenuhan belajar dapat melanda seorang siswa yang kehilangan
motivasi dan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum
sampai pada tingkat keterampilan berikutnya (Chaplin, 1972).
a. Faktor Penyebab Kejenuhan Belajar
Pada umumnya
penyebab kejenuhan adalah karena keletihan yang melanda siswa, sehingga
menyebabkan munculnya perasaan bosan pada siswa yang bersangkutan.
Menurut Cross
(1974) dalam bukunya The Psychology of
Learning, keletihan siswa dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yakni:
§
Keletihan indera siswa;
§
Keletihan fisik siswa;
§
Keletihan mental siswa.
10
|
Ada empat faktor penyebab keletihan mental siswa,
yaitu:
1.
Karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang
ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri.
2.
Karena kecemasan siswa terhadap standar/patokan
keberhasilan bidang-bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama
ketika siswa tersebut sedang merasa bosan mempelajari bidang-bidang studi tadi.
3.
Karena siswa berada di tengah-tengah situasi kompetitif
yang ketat dan menuntut lebih banyak kerja intelek yang berat.
4.
Karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang
optimum, sedangkan dia sendiri menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan
ketentuan yang ia buat sendiri.
b. Kiat Mengatasi Kejenuhan Belajar
Berikut adalah
kiat-kiat untuk mengatasi keletihan mental yang menyebabkan munculnya kejenuhan
belajar:
Ø
Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan
minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak.
Ø
Pengubahan atau penjadwalan kembali jam-jam dari
hari-hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat.
Ø
Penataan kembali lingkungan belajar siswa yang
meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat perlengkapan
belajar dan sebagainya sehingga memungkinkan siswa merasa berada di sebuah
kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar.
Ø
Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar
siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat daripada sebelumnya.
Ø
11
|
BAB III
KESIMPULAN
Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai kesukaran siswa dalam menerima
atau menyerap pelajaran di sekolah. Jadi kesulitan belajar yang dihadapi siswa
ini terjadi pada waktu mengikuti pelajaran yang disampaikan atau ditugaskan
oleh guru.
Gejala-gejala yang menunjukkan adanya kesulitan belajar dapat diamati
dalam berbagai bentuk. Ia dapat muncul dalam bentuk perilaku yang menyimpang
atau menurunnya hasil belajar.
Faktor-faktor penyebab timbulnya
kesulitan belajar itu terdiri atas dua macam, yaitu: faktor intern siswa, yakni
hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. Dan
faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar
diri siswa.
Cara mengatasi kesulitan belajar pada siswa itu ada empat tahap, yaitu: mengidentifikasi
adanya kesulitan belajar; menelaah/menetapkan status siswa; memperhatikan sebab
terjadinya kesulitan; dan mengadakan perbaikan.
Lupa (forgetting) ialah
hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang
sebelumnya telah kita pelajari. Ada juga yang mendefinisikan lupa sebagai
ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau
dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan
pengetahuan dari akal kita.
Faktor-faktor penyebab lupa ialah:
1.
Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara
item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa.
2.
Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya
tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja maupun tidak.
3.
Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi
lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengiungat kembali (Anderson,
1990).
4.
12
|
5.
Menurut law of disuse (Hilgard&Bower 1975), lupa
dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah
digunakan atau dihafalkan oleh siswa.
6.
Lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat
syaraf otak.
Kiat mengurangi lupa dalam belajar adalah Overlearning; Extra study time; Mnemonic device; Clustering;
Distributed practice; dan The serial
position effect.
Kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk
belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil.
Pada umumnya penyebab kejenuhan adalah karena keletihan yang melanda
siswa, sehingga menyebabkan munculnya perasaan bosan pada siswa yang
bersangkutan.
Kiat Mengatasi Kejenuhan Belajar adalah dengan:
Ø
Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan
minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak.
Ø
Pengubahan atau penjadwalan kembali jam-jam dari
hari-hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat.
Ø
Penataan kembali lingkungan belajar siswa yang
meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat perlengkapan
belajar dan sebagainya sehingga memungkinkan siswa merasa berada di sebuah
kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar.
Ø
Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar
siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat daripada sebelumnya.
Ø
Siswa harus berbuat nyata (tidak menyerah atau
tinggal diam) dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.
13
|
DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Cetakan kelima belas,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sabri, Alisuf. 2010. Psikologi Pendidikan Berdasarkan
Kurikulum Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah, Cetakan keempat: Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya.
Abin
Syamsuddin, (2003), Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosda
Karya.
14
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar